Jakarta: Pemerintah menyatakan bakal tetap waspada dan berhati-hati dalam menyikapi perkembangan ekonomi dunia terkini sebab itu dinilai berisiko secara nyata pada perekonomian Indonesia.
"Ekonomi kita yang masih ekspansif memang dalam hal ini di satu sisi tetap optimistis, namun di sisi lain tetap harus hati-hati karena risikonya cukup nyata," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Jakarta, dilansir Media Indonesia, Selasa, 6 Juni 2023.
Salah satu risiko paling nyata ialah penurunan kinerja ekspor Indonesia. Penurunan terjadi sejak awal tahun akibat normalisasi harga sejumlah komoditas unggulan nasional dan kondisi dunia yang masih berada di dalam ketidakpastian.
Pada April 2023, misalnya, nilai ekspor Indonesia yang sebesar USD19,29 miliar mengalami penurunan hingga 17,26 persen dari nilai ekspor bulan sebelumnya. Bahkan, perolehan tersebut turun lebih dalam hingga 29,44 persen dari April 2022.
Penurunan juga terjadi dari sisi impor. Pada April 2023, nilai impor Indonesia tercatat USD15,35 miliar, turun 22,32 persen bila dibandingkan dengan perolehan nilai impor April 2022.
"Ekspor impor kita dengan lingkungan global melemah menunjukkan kontraksi yang cukup dalam karena memang 2021-2022 itu adalah tahun yang agak berbeda," jelas Menkeu.
Kepercayaan diri pelaku usaha terkikis
Menurunnya kinerja dagang tersebut juga berimbas pada kepercayaan diri pelaku usaha terhadap prospek bisnis dan perekonomian nasional. Itu tecermin dari purchasing manager's index (PMI) manufaktur Indonesia yang turun ke level 50,3 pada Mei 2023. Posisi PMI manufaktur itu turun dari bulan sebelumnya yang tercatat ada di angka 52,7.
"Yang harus kita lihat hati-hati adalah PMI, baru saja keluar 50,3, melemah dibandingkan bulan lalu yang di atas 52. Namun, (memang) kita masih di ekspansif," tuturnya.
Selain menatap risiko dari faktor eksternal, lanjut perempuan yang karib disapa Ani itu, Indonesia juga memiliki modal untuk tetap optimistis sebab beberapa indikator ekonomi lain masih menunjukkan kinerja yang cukup apik.
Indeks keyakinan konsumen (IKK), misalnya, hingga April 2023 menunjukkan tren penguatan ke level 126,1. IKK tercatat terus mengalami penguatan sejak Februari 2023.
Jaga stabilitas
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bauran kebijakan BI akan fokus menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
"Kebijakan moneter masih terus kami arahkan untuk menjaga stabilitas, sementara kebijakan lain seperti makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar, keuangan, ekomomi inklusi dan berkelanjutan, maupun kebijakan internasional,termasuk ekonomi keuangan syariah, akan diarahkan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan," katanya.
Dalam kebijakan makroprudensial, BI terus menempuh kebijakan longgar mempertahankan koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), termasuk dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di bidang digitalisasi sistem pembayaran, BI memperluas digitalisasi guna memperkuat ekosistem keuangan digital nasional. Untuk tahun ini, BI berfokus pada pengembangan quick response code Indonesian standard (QRIS) untuk mampu digunakan di segala lini usaha. (M Ilham Ramadhan Avisena)