Naiknya sejumlah harga komoditas dan penyesuaian harga BBM bersubsidi, membuat pemerintah melakukan berbagai langkah untuk kendalikan inflasi. Pengamat Ekonomi & Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan adanya ancaman inflasi pangan. Ke depannya, inflasi energi akibat kenaikan BBM jenis solar bisa memengaruhi kenaikan tarif angkutan sehingga inflasi pangan berpotensi naik.
Untuk mengendalikan inflasi pangan, perlu adanya sinergi antardaerah. Selain itu, biaya untuk angkutan logistik para petani juga harus tepat sasaran agar distribusi pangan dapat berjalan dengan baik.
Selain subsidi untuk distribusi pangan, pupuk dan bibit yang tahan hama dan cuaca buruk, juga menjadi faktor lain keberhasilan panen para petani yang harus diperhatikan pemerintah. Bantuan-bantuan pemerintah untuk melakukan pengamanan pasca panen juga perlu diberi perrhatian dan bantuan.
Saat ini, yang bisa dilakukan pemerintah adalah alokasi anggaran. Misalnya anggaran kesehatan mengingat covid-19 yang kini sudah mulai landai, bisa dialihkan untuk mengantisipasi inflasi pangan. Selain itu dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) atau selisih dana anggaran berlebih tiap bisa dialokasikan untuk meredam inflasi dan angka kemiskinan daerah.
Menurut Bhima dengan adanya kenaikan BBM sebesar 30?rpengaruh pada inflasi energi, dan bahan pangan. Berdasarkan data pemerintah, inflasi kini berada pada angka 6,8% sedangkan berdasarkan data Celios inflasi berada di 7,5% karena dampak kenaikan BBM baru akan dirasa pada September ke depan.