Pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah menyebut perkembangan transportasi umum di Indonesia lambat imbas dari minimnya investor. Hal itu menyebabkan negara tidak memiliki modal untuk melakukan pembenahan terhadap moda transportasi umum.
"Ya kalau dari sisi pemerintah sebenernya persoalannya pertama pembenahan transportasi itu membutuhkan anggaran yang besar, jadi permasalahannya di anggaran," kata Trubus, Minggu (21/5/2023).
"Kita itu minim investor, minimnya investor itu menjadi penyebab utama dalam pembenahan transportasi. Itu merupakan situasi kesulitan yang sangat krusial. Bagaimana kemudian transportasi itu harapannya menjadi lebih dekat dengan masyarakat namun tidak tercapai," lanjutnya.
Selain itu, Trubus menganggap koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak maksimal. Sehingga pemerintah belum bisa memenuhi ekspektasi masyarakat untuk menghadirkan moda transportasi umum yang aman dan nyaman.
"Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah kurang berjalan optimal. Mereka sering saling lempar, dalam praktiknya tidak ada sinergitas antara Pemerintah pusat dan daerah dalam hal mengembangkan transportasi umum yang aman dan nyaman," jelas Trubus.
Dalam hal ini, Trubus berharap PT KAI dapat mengambil keputusan tepat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap moda transportasi kereta api jarak dekat ataupun jauh agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Isu pembelian kereta second dari Jepang juga ditanggapi tidak efektif karena usia moda transportasi tersebut tidak akan lama, dan hanya akan menghabiskan dana, serta waktu saja.
"PT KAI Selama ini tidak pernah merencanakan dengan tepat, seharusnya merencanakan membeli baru karena membeli bekas masa berlakunya hanya 10 tahun," ujar Trubus.
"Penambahan kereta penting urgensinya, tapi usahakan belinya kereta baru agar usianya bertahan 50 tahun. Kalo second paling lama bertahan 10,5 tahun aja hebat tapi pasti keluar masuk bengkel," pungkasnya.
