M Sholahadhin Azhar • 24 September 2025 18:09
Jakarta: Investasi berupa reksa dana dioptimalisasi melalui kegiatan sosial. Salah satu contohnya, dengan memberangkatkan jemaah untuk pergi umrah.
Hal tersebut dilakukan PT IIM melalui program Reksa Dana Haji Syariah (I-Hajj Syariah Fund). Program tersebut menyasar jemaah dari kalangan pekerja sosial, misalnya dari penyuluh tuberkulosis.
“Mereka bekerja di lapangan dengan risiko tinggi tertular, tetapi tetap setia mendampingi pasien dan mengedukasi masyarakat," kata Komisaris Independen PT IIM, M. Yani, dalam keterangan tertulis, Rabu, 24 September 2025.
Teranyar, pihaknya memberangkatkan 90 jemaah umrah ke Tanah Suci, di antaranya tiga kader dan dua Patient Suporter (PS) dari PR Konsorsium Penabulu-Stop TB Partnership Indonesia (STPI). Kader-kader tersebut berasal dari Jakarta Timur, Tangerang, Malang, Palembang, hingga Medan.
Menurut Yani, pemberangkatan ini menjadi bentuk penghargaan kepada para kader yang tanpa pamrih membantu upaya penanggulangan tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
"Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi nyata atas dedikasi mereka, sekaligus memberi kesempatan untuk menunaikan ibadah umrah sebagai bentuk penghargaan,” ujar Yani.
Yani menjelaskan bahwa PT IIM melalui Reksa Dana I-Hajj Syariah Fund secara berkelanjutan, mengadakan Program Umrah. Hal ini untuk memberikan apresiasi kepada individu yang berperan aktif membantu sesama meski menghadapi keterbatasan ekonomi.
“Selama lebih dari dua dekade, dari 2005 hingga September 2025, program Reksa Dana I-Hajj Syariah Fund telah memberangkatkan lebih dari 1000 jemaah. Pencapaian ini menjadi bukti nyata dukungan kami kepada masyarakat yang kurang mampu namun memiliki kontribusi sosial signifikan,” jelas Yani.
Direktur Eksekutif Stop TB Partnership Indonesia (STPI) Henry Diatmo menyampaikan bahwa jumlah kasus TBC di Indonesia memang jauh lebih besar. Terutama, dibandingkan kuantitas kader kesehatan di lapangan padahal peran mereka sangat strategis.
“Karena itu, keberadaan mereka harus terus diperkuat, baik melalui peningkatan kapasitas, dukungan lintas sektor, maupun apresiasi yang layak atas kerja keras mereka,” kata Henry.
Henry turut menyampaikan terima kasih kepada para investor Reksa Dana I-Hajj Syariah Fund. Dukungan ini, kata Henry, menunjukkan bahwa sektor swasta juga memiliki peran penting dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia.
“Apresiasi kepada kader kesehatan melalui program umrah ini bukan hanya bentuk penghargaan, tetapi juga menjadi motivasi agar semakin banyak pihak tergerak untuk ikut berjuang melawan TBC,” kata Henry.
Salah satu jemaah yang berangkat, Anil Dawan, adalah penyintas TBC Resisten Obat (RO). Kini, dia aktif menjadi pendamping pasien atau Patient Suporter (PS).
Setelah menjalani pengobatan selama 20 bulan hingga dinyatakan sembuh, Anil memilih mendedikasikan waktunya untuk mengedukasi pasien dan memastikan mereka tidak putus pengobatan. Sehari-harinya Anil merupakan kader di Komunitas Masyarakat Sehat Sriwijaya (MSS) Sumatra Selatan.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa membantu masyarakat melalui komunitas ini. Saya berharap kegiatan saya dapat membantu menurunkan angka TBC di Indonesia khususnya di Sumatera Selatan,” kata Anil.