Ilustrasi. Foto: Unplash
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) kembali memperpanjang reli-nya untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa, 22 Juli 2025, menguat lebih dari 0,9 persen setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS terus mengalami penurunan. Pelemahan imbal hasil obligasi ini memicu pelemahan dolar AS, sehingga mendorong aliran dana kembali ke aset safe haven seperti emas.
Saat ini XAU/USD diperdagangkan di level USD3.427 per ounce, setelah mengalami rebound dari titik terendah harian di USD3.383. Menurut analisa dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha, kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang masih terombang-ambing menunggu perkembangan lanjutan terkait negosiasi perdagangan Amerika Serikat dengan mitra dagangnya.
Secara teknikal, emas menunjukkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average pada grafik XAU/USD saat ini mengindikasikan penguatan kembali tren bearish. Andy juga menilai momentum pelemahan masih dominan, sehingga berpotensi mendorong harga emas lebih rendah dalam jangka pendek.
“Jika tekanan bearish berlanjut, XAU/USD berpotensi turun hingga ke level USD3.363 Namun demikian, apabila harga gagal menembus support tersebut dan justru memantul kembali, maka potensi kenaikan terdekat akan berada di sekitar level USD3.41,” ujar Andy dalam risetnya.
(Ilustrasi. Foto: Dok Bappebti)
Emas sempat menguat tapi mundur lagi
Pada Rabu kemarin, emas sempat mengalami pullback moderat setelah pasar mencerna implikasi kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Jepang. XAU/USD tercatat berada di kisaran level USD3.386 pada Kamis, 24 Juli 2025, mundur dari puncak terbaru seiring membaiknya sentimen risiko akibat semakin dekatnya realisasi kesepakatan dagang.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa AS dan Jepang telah mencapai “kesepakatan besar”, yang mencakup pengurangan tarif timbal balik menjadi 15 persen dari semula 25 persen, rencana investasi Jepang senilai USD550 miliar, dan perluasan akses pasar bagi produk pertanian serta otomotif AS.
Kesepakatan ini telah meredam sebagian kekhawatiran terkait ketegangan perdagangan, sehingga aliran modal ke aset
safe haven termasuk emas menurun dalam jangka pendek. Namun, dukungan fundamental untuk emas tetap kokoh. Risiko terhadap pengenaan tarif lanjutan masih menghantui karena tenggat waktu 1 Agustus semakin dekat, sementara negosiasi perdagangan antara Uni Eropa dan AS masih berlanjut tanpa kepastian akhir.
“Apabila tidak tercapai kesepakatan, pemerintah AS dapat memberlakukan tarif hingga 30 persen pada impor dari Uni Eropa, yang kemungkinan memicu langkah balasan dari blok tersebut, termasuk terhadap sektor layanan digital dan produk dirgantara,” ungkapnya
Di sisi lain, rilis data Penjualan Rumah Lama AS menunjukkan penurunan menjadi 3,93 juta unit per tahun pada Juni, lebih rendah dari perkiraan 4,01 juta unit dan menandakan dampak dari suku bunga hipotek yang tinggi terhadap pasar perumahan. Kondisi ini berpengaruh pada ekspektasi kebijakan The Fed, karena pelaku pasar semakin mempertimbangkan risiko perlambatan sektor properti terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Dengan segala variabel tersebut, Andy merekomendasikan para trader untuk memonitor pergerakan imbal hasil obligasi AS, perkembangan negosiasi dagang, serta data ekonomi makro sebagai acuan utama. Ia menyebut, level USD3.363 dan $3.414 menjadi patokan kunci hari ini. Pergerakan di luar rentang ini akan menentukan arah selanjutnya bagi XAU/USD.
“Secara keseluruhan, prediksi harga emas hari ini menempatkan XAU/USD dalam rentang yang relatif sempit, dengan bias
bearish jika dukungan gagal bertahan, namun tetap berpotensi untuk
rebound jangka pendek jika momentum koreksi muncul. Kondisi ini menegaskan pentingnya menjaga manajemen risiko dan memantau berita-berita makro serta geopolitik yang dapat memberikan katalis bagi pergerakan harga emas,” pungkas dia.