Beberapa hari terakhir dunia dihebohkan dengan kemunculan teknologi digital yang berasal dari Tiongkok. Teknologi ini dianggap bisa mengungguli chatbot buatan Amerika Serikat (AS), yaitu ChatGPT.
Teknologi itu bernama DeepSeek. Teknologi AI buatan Tiongkok itu dinilai jauh lebih canggih, murah, dan mudah diakses oleh semua orang.
Apa itu ChatGPT dan DeepSeek?
ChatGPT adalah model
kecerdasan buatan (AI) berbasis bahasa yang dikembangkan oleh OpenAI. Model ini dirancang untuk memahami dan menghasilkan teks dalam berbagai bahasa termasuk Bahasa Indonesia.
Sementara DeepSeek adalah kecerdasan buatam (AI) asal
Tiongkok yang mengkhususkan diri dalam model bahasa besar (LLM) sumber terbuka. Pada 10 Januari 2025, DeepSeek merilis aplikasi charbot gratis untuk iOS dan Android.
Pada 27 Januari 2025, popularitas DeepSeek langsung melesat melampaui ChatGPT. Aplikasi ini menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store AS.
Selain DeepSeek, Alibaba juga merilis model kecerdasan buatan terbaru bernama Qwen 2.5 Max. Kecerdasan buatan ini diklaim melampaui DeepSeek-V3, GPT-4o dari Open AI, dan Llama-3.1-405B dari Meta.
Qwen 2.5 Max diluncurkan pada 29 Januari 2025. Model ini dilatih lebih dari 20 triliun token yang memungkinkan pemahaman dan respons lebih mendalam terhadap berbagai konteks dan pertanyaan.
Alibaba merupakan perusahaan besar yang memiliki ratusan ribu karyawan. Sementara DeepSeek base-nya hanya laboratorium yang diisi oleh lulusan muda dan mahasiswa S2 dari universitas-universitas ternama di Tiongkok.
DeepSeek dan Qwen 2.5 Max menjadi pukulan telak bagi AS karena membuat investor yang sudah menyuntikkan dananya hingga miliaran dolar AS di Silicon Valley berpikir keras mengapa harus menginvestasikan dana untuk teknologi buatan AS, sementara teknologi Tiongkok juga bisa bersaing dengan harga lebih murah.