Menteri Sosial (Mensos) Saifulah Yusuf menyebut kakek Presiden Prabowo Subianto RM Margono Djojohadikoesoemo sangat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Ia berharap agar usulan kakek Prabowo Subianto mendapatkan gelar pahlawan nasional dapat diproses sebagaimana mestinya. Hal ini ia sampaikan dalam peringatan Hari Pahlawan Nasional, Minggu, 10 November 2024.
"Kakeknya Pak Prabowo sangat layak beliau (menjadi pahlawan nasional) dan diproses sebagai mana mestinya," kata Saifullah dalam keterangannya hari ini.
Siapakah Kakek dari Prabowo Subianto?
Kakek Presiden Prabowo, Margono Djojohadikoesoemo adalah cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyakwide, pengikut setia Pangeran Diponegoro, dan anak dari asisten Wedana Banyumas.
Margono lahir di Purbalingga pada 16 Mei 1894 dari keluarga bangsawan. Ia merupakan cucu buyut Panglima Banyakwide, seorang pejuang yang setia kepada Pangeran Diponegoro.
Sebagai keturunan bangsawan, Margono mendapatkan akses pendidikan yang sangat baik, termasuk belajar di Europeesche Lagere School (ELS) dan melanjutkan di sekolah calon pegawai negeri OSVIA di Magelang.
Ketertarikannya pada ekonomi, khususnya dalam perkreditan dan koperasi, mendorong Margono untuk melanjutkan pendidikan di Belanda. Di sana, ia memperdalam pengetahuan yang kemudian berkontribusi besar pada pembangunan ekonomi Indonesia.
Margono menikahi Siti Katoemi Wirodihardjo dan dikaruniai lima anak, salah satunya Soemitro Djojohadikoesoemo, ayah dari Prabowo Subianto. Dua anak Margono, Subianto dan Sujono, gugur dalam pertempuran di Lengkong, sebuah peristiwa bersejarah dalam perjuangan melawan pasukan Jepang.
Margono pernah bekerja di kantor koperasi yang dipimpin Mohammad Hatta selama masa penjajahan Jepang. Di sini, jiwa nasionalismenya makin terpupuk, dan ia kemudian terlibat dalam pengembangan koperasi di Indonesia, bahkan tetap berperan setelah Indonesia merdeka.
Margono adalah tokoh di balik berdirinya Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946. Ketika pemerintah Indonesia pindah ke Yogyakarta, ia juga turut memindahkan BNI ke sana, memastikan fungsi bank sebagai lembaga keuangan tetap berjalan di masa sulit itu.