Serangan siber terhadap Bank Syariah Indonesia (BSI) berdampak pada layanan haji. Irjen Kementerian Agama, Faisal Ali Hasyim, mengatakan sejumlah orang belum bisa membayar setoran pelunasan haji karena kendala sistem di BSI.
Di kantor regional BSI Banda Aceh, nasabah yang hendak bertransaksi terganggu karena hanya beberapa mesin ATM yang bisa digunakan. Beberapa warga yang mengantre panjang terpaksa pulang.
Warga berharap gangguan itu bisa segera diperbaiki sehingga nasabah tidak dirugikan. Apalagi sejak diberlakukan Qanun No.11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah, perbankan yang diizinkan beroperasi di Aceh hanya BSI.
Jaringan layanan BSI yang bermasalah tidak hanya di Aceh, tetapi juga di seluruh Indonesia sejak 8 Mei 2023. Saat itu, BSI berdalih gangguan diakibatkan pemeliharaan sistem sehingga layanan perbankan tidak bisa diakses.
Sehari setelahnya, nasabah BSI baru bisa bertransaksi di jaringan cabang dan ATM secara bertahap. Namun, pada 10 Mei, layanan cabang, m-banking, dan ATM tak bisa diakses kembali. Karena itu, BSI memonitoring dan menormalisasi transaksi. Nasabah BSI merasa kecewa karena gangguan layanan perbankan itu menghambat pekerjaannya.
Serangan siber terhadap BSI menjadi alarm serius untuk meningkatkan keamanan siber di dalam negeri. Sebab, ada peningkatan serangan ransomware yang menyasar sistem perusahaan.
Pihak BSI menduga serangan siber terjadi pada seluruh jaringan layanannya. Dalam keterangan resminya, Direktur Utama BSI mengatakan, pihaknya kini berkoordinasi dengan regulator dan pemerintah mengatasi serangan siber.
Ia menyebut perlu bukti lanjutan melalui audit dan digital forensik untuk normalisasi layanan BSI. Ia juga meminta maaf atas gangguan perbankan di layanan ATM dan m-banking yang hingga kini belum pulih.