Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) diresmikan pada 2018. Namun sayang, bukannya menjadi bandara yang hiruk pikuk dengan keramaian, seperti Bandara Soekarno Hatta, Kertajati hanya menjadi bangunan sepi yang merugi hingga ratusan milyar rupiah setiap tahun.
Presiden Joko Widodo mengakui, salah satu sebab aktivitas di Bandara Kertajati belum maksimal lantaran pengerjaan Tol Cisumdawu molor dari jadwal. Proyek terhambat banyak masalah, utamanya pembebasan lahan. Jokowi menyebut Tol Cisumdawu akan menjadi kunci ramainya Bandara Kertajati.
Salah satu upaya meramaikan Bandara Kertajati yakni dengan memindahkan Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati mulai Oktober 2023. Pesawat komersil akan diutamakan pindah terlebih dahulu, sedangkan pesawat baling akan diberikan waktu satu tahun.
Nantinya, hanya pesawat VVIP dan private jet yang mendarat di Bandara Husein Sastranegara.
Biaya operasional bandara ini disebut mencapai Rp5 miliar dalam sebulan, sementara pemasukan yang didapat kurang dari 10%. Dengan rute terjadwal pesawat seminggu dua kali, ini artinya pihak bandara terus-terusan merugi.
"Bandara sebesar ini seharusnya memang cukup mahal. Listrik saja kalau dihidupkan bisa Rp1,4 atau Rp1,5 miliar tiap bulan. Kalau sekarang untuk SDM, kebersihan, perawatan pemeliharaan termasuk operasional bisa sampai Rp4 hingga Rp5 miliar tiap bulan," ujar Muhammad Singgih, Direktur Utama PTBJIB.
Sebagai perusahaan daerah, Bandara Kertajati menjadi kebanggaan warga Jawa Barat. Upaya penyelamatan bandara ini berada dalam kondisi kritis. Perlu putar otak agar bandara ini tetap bernafas.