NEWSTICKER

Bedah Editorial MI: Akhiri Perang Rusia-Ukraina

24 February 2023 09:39

Tepat satu tahun telah berlalu sejak Rusia menginvasi Ukraina dan mengobarkan perang. Sampai kini belum ada tanda-tanda perang akan berakhir. Malah kedua belah pihak semakin menguatkan tekad untuk saling mengenyahkan lawan.

Upaya Ukraina dan Amerika Serikat untuk menarik-narik keterlibatan penuh NATO dalam perang mulai bersambut. Pakta pertahanan trans-Atlantik itu bersiap memasok persenjataan tercanggih ke Ukraina, menggenapi kekuatan alutsista canggih yang sudah dikerahkan Amerika.

Bukan itu saja, kunjungan mendadak Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Kiyv menjumpai Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menguatkan bala bantuan bagi Ukraina. Biden menyatakan akan memberikan paket bantuan militer baru senilai US$500 juta (sekitar Rp7,5 triliun).

Biden juga mengumpulkan para sekutu AS dari NATO di Polandia, negara yang menjadi pintu masuk bala bantuan untuk Ukraina. Sontak, amarah Putin terpancing. Ia menuding AS dan sekutunya itu mengipasi bara konflik dan berupaya memperluasnya menjadi konfrontasi global.

Yang cukup mengejutkan, Putin menyatakan Rusia menangguhkan partisipasi dalam perjanjian New Start (Start Baru) dengan AS yang membatasi persenjataan nuklir strategis kedua pihak. Bila digabung, Rusia dan AS menguasai sekitar 90% hulu ledak nuklir global. Kekuatan senjata nuklir keduanya sanggup meluluhlantakkan dunia.

Meskipun Rusia menyatakan keputusan Putin tidak serta-merta mendekatkan perang nuklir, kengerian timbul dari risiko yang mendadak melonjak. Terlebih campur tangan NATO semakin menonjol. Langkah Rusia yang menarik diri dari penjanjian pembatasan persenjataan nuklir jelas untuk membalas meningkatnya dukungan NATO kepada Ukraina.

Ada baiknya, Indonesia turut menyorongkan prakarsa untuk menekan eskalasi perang yang semakin mengerikan itu. Indonesia perlu mengajak negara-negara lain yang netral untuk ikut dalam prakarsa tersebut. Dimulai dari ASEAN, kemudian di Asia dan Afrika.