23 October 2025 00:26
Sebanyak 110 Warga Negara Indonesia (WNI) yang diduga terlibat kerusuhan saat mencoba kabur dari perusahaan online scam di Kamboja, kini berada dalam penanganan otoritas setempat dan KBRI Phnom Penh. Kondisi mereka dipastikan sehat dan proses repatriasi (pemulangan) tengah disiapkan.
Plt. Direktur Siber Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Kombes Pol Guntur Saputro menjelaskan bahwa jumlah WNI yang berhasil keluar dari perusahaan scam tersebut bertambah dari 97 menjadi 110 orang. Sebelas WNI yang sebelumnya dilaporkan dirawat di rumah sakit juga sudah pulih dan bergabung dengan yang lain.
"Saat ini semuanya sudah berada di rumah detensi imigrasi Kamboja. Alhamdulillah, kondisinya semua dalam keadaan sehat," ujar Kombes Guntur.
Terkait laporan adanya WNI yang terluka, Kombes Guntur menyebut hal itu diduga akibat kekerasan yang dilakukan oleh empat orang WNI lainnya. Keempat WNI ini diduga berperan sebagai leader scam yang memberikan sanksi fisik kepada rekan-rekannya yang tidak mencapai target.
"Keempat orang WNI inilah yang melakukan upaya mungkin memberikan sanksi hukuman berupa kekerasan. Alhamdulillah sudah ditangani oleh pihak kepolisian (Kamboja) dan saat ini sedang diinvestigasi," jelasnya.
Hasil asesmen awal menunjukkan para WNI ini direkrut melalui berbagai cara ilegal, seperti platform digital Telegram dan Facebook atau ajakan teman. Mereka diiming-imingi gaji tinggi dan proses yang mudah.
Pemerintah Indonesia melalui KBRI Phnom Penh terus berkoordinasi intensif dengan otoritas Kamboja untuk proses repatriasi. Dari 110 WNI, 91 orang memiliki paspor dan akan diproses untuk repatriasi mandiri. Sisanya yang tidak memiliki paspor akan diterbitkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) terlebih dahulu. Setibanya di Indonesia, mereka akan diverifikasi lebih lanjut untuk mendalami siapa pihak yang bertanggung jawab atas keberangkatan mereka