Di SRMA 21 Surabaya Kami Tidak Sendiri

30 November 2025 22:05

Ketika banyak anak kehilangan kepercayaan diri karena tekanan hidup, Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 21 Surabaya hadir membawa pendekatan berbeda. Bukan hanya sekadar proses belajar mengajar, sekolah ini merangkul dan membangun kembali keberanian serta mimpi anak-anak dari keluarga prasejahtera.

Tidak semua anak Indonesia memulai perjalanan pendidikannya dari tempat yang nyaman. Di kota Surabaya contohnya. Banyak anak dari keluarga prasejahtera tumbuh di tengah tantangan dalam membangun rasa percaya diri dan kurang motivasi dalam belajar. Untuk memberikan dukungan emosional dan sosial yang lebih intensif, pemerintah hadir dengan sekolah rakyat.

SRMA 21 di Surabaya hadir bukan hanya untuk memberikan ruang belajar, tapi juga ruang aman yang mengizinkan anak-anak untuk kembali mengenali diri mereka dan menjadi jembatan kesempatan bagi mereka yang terkendala dalam ekonomi maupun tantangan hidup lainnya. Di sini, siswa mendapatkan fasilitas lengkap, mulai dari perlengkapan sekolah hingga kebutuhan sehari-hari.

"Kondisinya mereka sangat beragam ya, karena berasal dari keluarga yang ekonominya kurang. Tentu saja pola asuh dari orang tua mereka sangat jauh dari kata pendidikan yang baik. Akhirnya kita di sekolah ini membimbing dan mengarahkan mereka. Usaha guru-guru bisa memberikan perubahan yang sangat signifikan terhadap mindset pendidikan siswa-siswa kita," ujar Kepala Sekolah SRMA 21 Surabaya, Prapti Wardani.

Di sekolah rakyat, proses pemulihan tidak dimulai dari buku, tetapi dari kebersamaan sederhana yang membangun rasa aman. Permainan kecil memecah jarak dan menghadirkan tawa yang mungkin lama menghilang. Sesi curhat ringan membuka ruang bagi mereka untuk didengar tanpa takut dihakimi. Dari hal-hal sederhana itu lahir rasa percaya bahwa sekolah bisa menjadi rumah kedua bagi mereka. Dengan pendekatan yang lembut dan penuh empati, guru-guru membantu mereka memandang diri dari sudut yang lebih positif.

"Awalnya ketika kita bertemu, air mata enggak bisa terbendung. Dari sisi tampilan busana tidak seperti yang kita lihat saat ini. Kalau sekarang sudah muka ceria dengan wajah yang berseri-seri. Kita mempunyai amanah untuk menjadikan anak-anak ini sukses, sehingga program Pak Prabowo untuk meretas kemiskinan itu bisa terwujud," ucap guru pendidikan agama Islam, Mufatiroh.

Dengan pendekatan yang lembut dan penuh empati, SRMA 21 Surabaya perlahan mengembalikan keberanian anak-anak ini. Mereka yang dulu menunduk takut, kini berani menatap masa depan dan kembali bermimpi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Sofia Zakiah)