Mengurai Akar Tragedi Ledakan SMAN 72

10 November 2025 23:38

Ledakan di SMA Negeri 72 Jakarta Utara yang terjadi pada Jumat, 7 November 2025 lalu terus menjadi perhatian publik. Peristiwa ini terjadi saat salat Jumat berlangsung sekitar pukul 12.00 siang. Ledakan pertama terdengar usai khotbah Jumat, diduga berasal dari dalam masjid. Beberapa detik kemudian, ledakan kedua terjadi di area luar, diduga di sekitar selasar, pintu belakang, atau dekat area kantin.

Dari hasil penyelidikan sementara, Densus 88 mengungkap ada tujuh bahan peledak yang disiapkan. Empat di antaranya meledak di lokasi dan tiga lainnya gagal menyala.

]Jumlah korban luka saat ini mencapai 96 orang, yang terdiri dari siswa, guru, dan petugas sekolah. Sebanyak 68 orang sudah dipulangkan, sementara 28 orang masih menjalani perawatan medis.

Di antara korban, terdapat seorang siswa berusia 17 tahun yang diduga sebagai anak yang berkonflik dengan hukum. Ia mengalami luka berat di kepala, telah menjalani operasi, dan saat ini dalam perawatan intensif di bawah pengawasan kepolisian.

Barang bukti yang diamankan antara lain adalah bahan peledak rakitan, catatan pribadi, serta dua senjata mainan airsoft gun jenis revolver yang memiliki tulisan ekstrem seperti Welcome to Hell dan Brenton Tarrant. Saat dilakukan penggeledahan di rumahnya, aparat menemukan bahan peledak yang sama.

Motif sementara diduga berasal dari tekanan psikologis akibat perundungan (bullying) yang dialami di lingkungan sekolah, yang memicu aksi balas dendam dan upaya bunuh diri. Aparat memastikan penyelidikan masih berjalan dan motif pasti masih terus didalami.

Namun tragedi ini bukan sekedar soal ledakan di sekolah, melainkan peringatan atas gagalnya sistem pendidikan dan juga lingkungan sosial dalam mendeteksi luka anak sebelum berubah menjadi bahaya. Apa yang sebenarnya membuat seorang remaja menukar rasa sakitnya dengan tindakan seekstrem ini? 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Sofia Zakiah)