Zein Zahiratul Fauziyyah • 23 August 2025 15:33
Jakarta: Ketika berbicara tentang minyak, satu nama yang hampir selalu muncul adalah Saudi Aramco. Perusahaan minyak nasional Arab Saudi ini dikenal sebagai produsen minyak terbesar di dunia, dengan cadangan terbukti mencapai ratusan miliar barel. Perannya begitu besar hingga tidak hanya memengaruhi perekonomian negaranya, tetapi juga stabilitas energi global.
Profil dan Sejarah Saudi Aramco
Saudi Aramco merupakan singkatan dari Saudi Arabian Oil Company, perusahaan ini berdiri pada 1933 setelah pemerintah Arab Saudi menandatangani perjanjian dengan perusahaan minyak Amerika, Standard Oil of California (Chevron). Awalnya perusahaan ini bernama California-Arabian Standard Oil Company (CASOC), kemudian berkembang menjadi Aramco dan akhirnya diambil alih penuh oleh pemerintah Saudi pada 1980.
Mengutip laman resmi Saudi Aramco, perusahaan ini kini menguasai cadangan minyak terbukti sekitar 260 miliar barel, sehingga menjadikannya pemilik cadangan minyak terbesar di dunia.
Produksi Minyak dan Gas
Menurut laporan BBC, Aramco memproduksi lebih dari 10 juta barel minyak per hari, setara dengan sekitar 10 persen pasokan minyak dunia. Produksi masif ini menjadikan Aramco sebagai pemain kunci dalam menjaga keseimbangan harga minyak global.
Selain sektor hulu (eksplorasi dan produksi), Aramco juga memiliki bisnis hilir, seperti pengolahan minyak, distribusi, hingga petrokimia.
Kontribusi Ekonomi Arab Saudi
Sebagai perusahaan negara, Aramco adalah sumber pendapatan utama bagi pemerintah Arab Saudi. Data dari Reuters (2022) menyebutkan, lebih dari 60 persen pendapatan negara berasal dari sektor minyak, dengan Aramco sebagai tulang punggungnya.
Pendapatan besar tersebut juga digunakan untuk mendanai proyek ambisius Saudi Vision 2030, yang bertujuan mengurangi ketergantungan ekonomi pada minyak dan mengembangkan sektor non-migas, termasuk pariwisata dan teknologi.
Pada 2019, Aramco mencatat sejarah dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) terbesar di dunia. Menurut Forbes, IPO tersebut menghasilkan sekitar 25,6 miliar dolar AS, menjadikannya perusahaan publik paling bernilai dengan kapitalisasi sempat menembus 2 triliun dolar AS.
Tantangan di Era Transisi Energi
Meski masih mendominasi pasar minyak dunia, Aramco menghadapi tantangan besar seiring pergeseran global menuju energi terbarukan. Menurut analisis International Energy Agency (IEA), permintaan minyak diperkirakan akan menurun pada paruh kedua abad ini, seiring meningkatnya penggunaan energi bersih.
Saudi Aramco sendiri telah menyatakan komitmen untuk berinvestasi pada teknologi energi rendah karbon, sambil tetap menjaga perannya sebagai pemasok energi utama dunia.
Jangan lupa saksikan MTVN Lens lainnya hanya ada di Metrotvnews.com.