Batam: Kota Batam terus menunjukkan daya tariknya sebagai destinasi investasi yang menguntungkan. Badan Pengusahaan (BP) Batam tidak henti-hentinya melakukan inovasi dan terobosan untukmemberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para investor yang ingin menanamkan modal di Batam.
Letak kota Batam yang strategis di jalur pelayaran internasional Selat Malaka menjadi pintu gerbang perdagangan dan industri bagi Indonesia dan dunia.
Selain itu, Batam juga memiliki kawasan industri yang terus berkembang dan beragam. Mulai dari elektronik otomotif, perkapalan, hingga pariwisata.
"Bagaimanapun Batam masih menjadi andalan kita dan masih sangat strategis untuk menjadi tujuan utama investasi di Indonesia. Dengan segala fasilitas dan segala keunggulan geografisnya, desain Pulau Batam itu sendiri, kebijakannya, dan semuanya jadi masih sangat strategis," ujar Sesmenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, dikutip Jumat, 2 Agustus 2024.
Dari data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tercatat bahwa realisasi investasi di Batam tahun 2023 meningkat sebesar Rp2,38 triliun atau 18 persen dibandingkan 2022.
Total realisasi investasi di Batam pada 2023 pun mencapai Rp15,6 triliun yang terdiri dari investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp6,8 triliun, dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp8,8 triliun.
Sepanjang 2023, negara-negara di Asia dan Eropa masih mendominasi penanaman modal asing di kota industri ini. Singapura, raksasa ekonomi tetangga Indonesia ini kokoh di puncak dengan nilai investasi
mencapai USD366,47 juta, atau setara Rp5,42
triliun dari 778 proyek.
Selanjutnya Tiongkok di posisi kedua dengan nilai USD51,708 juta, atau Rp65,28 juta dari 155 proyek. Sementara untuk negara-negara Eropa, seperti Prancis Luxemburg, Swiss, Inggris, dan Jerman menjadi 10 besar negara dengan investasi terbesar di Batam.
"Ingat, Batam itu kan identik dengan pusat atau kawasan industriri. Nah ternyata saat ini semuanya tuh sudah tidak mengandalkan industri manufaktur lagi ya. Justru sekarang semakin bergeser bagaimana ke menyediakan industri jasa yang berdaya saing," kata Pengamat Ekonomi Ahmad Heri Firdaus.