13 September 2023 13:53
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Lovely Daisy optimis angka stunting di Indonesia bisa turun mencapai 14% pada 2024. Sebab, anggaran untuk pencegahan stunting ada di berbagai kementerian.
"Untuk prevalensi stunting itu ada yang dilakukan oleh sektor kesehatan adalah prevalensi spesifik, kemudian ada prevalensi di luar sektor kesehatan, yakni prevalensi sensitif," kata
Menurut dr. Lovely Daisy, anggaran stunting ini teralokasi di semua kementerian dan lembaga. Saat ini, semua sektor sudah berkontribusi untuk berupaya penurunan stunting, tidak hanya anggaran APBN, tetapi ada anggaran APBD juga yang dialokasi untuk penurunan stunting.
"Di sektor kesehatan, kita fokusnya untuk prevalensi spesifik yang langsung ke sasarannya. Mulai dari sebelum hamil pada remaja, pada saat kehamilan, sampai kepada bayi," ujarnya.
Dia menambahkan, jika bisa memanfaatkan anggaran pencegahan stunting dengan baik, maka target akan tercapai. Menurunkan stunting menjadi 14% pada 2024 tercapai bukan hal yang mustahil.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia pada Rapat Kerja Nasional BKKBN pada Januari lalu, tingkat stunting di Indonesia turun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Angka stunting Indonesia semakin menurun. Namun masih di atas standar WHO yang mana prevalensi stunting harus kurang dari 20%.
Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan tingkat stunting Indonesia turun menjadi 14% di 2024. Jika ingin mengejar penurunan stunting hingga 14% pada 2024, artinya tingkat stunting harus turun 3,8% selama dua tahun berturut-turut di 2023 dan 2024.
Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan anggaran mencapai Rp30 triliun pada 2023. Kementerian Kesehatan menyatakan akan melakukan intervensi spesifik yaitu intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia enam bulan sampai dua tahun.