24 December 2022 15:14
Berbekal pengalamannya di berbagai lokasi bencana, Budi menyadari krusialnya pasokan air minum. Tidak hanya harus terjamin kualitasnya, air minum itu juga harus mudah didapat. Saat menjadi relawan dalam bencana tsunami Aceh pada 2004, Budi melihat relawan dari Australia mengambil air sungai yang sudah difi ltrasi untuk dibagikan kepada warga di pengungsian.
Saat turun di Cianjur pascagempa, Budi melihat penyediaan air bersih cukup mudah karena sumber air di wilayah tersebut sudah bagus. Dengan adanya instalasi buatannya, warga tidak perlu lagi memasak air untuk dikonsumsi. Stasiun air minum tersebut digerakkan oleh inverter daya listrik di mobil maupun diesel.
Namun, untuk mengatasi kendala di lapangan, stasiun juga dilengkapi kabel sepanjang 50 meter untuk menyalur sumber listrik terdekat. Pengoperasiannya pun hanya membutuhkan maksimal dua orang. Adapun biaya pembuatan stasiun air minum tersebut berkisar Rp5 juta-Rp10 juta untuk membuat stasiun tersebut bisa dibawa ke mana pun.