Pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menjadi peringatan keras ambruknya sektor tekstil Indonesia. Penyelamatan industri tekstil tidak boleh hanya terfokus pada Sritex, tetapi ada industri tekstil secara keseluruhan
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyebut perlambatan kinerja industri tekstil dan produk tekstil berawal dari melambatnya ekonomi global pasca pandemi Covid-19. Hal ini didorong adanya inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga di berbagai negara termasuk Indonesia.
Hal ini pun memicu penurunan daya beli di berbagai negara termasuk negara-negara mitra dagang Indonesia, khususnya untuk produk tekstil dan turunannya. Di saat yang bersamaan komunitas tekstil di Tiongkok terus meningkat dan turut membanjiri Indonesia.
Yang menjadi sorotan adalah adanya perbedaan data mencolok besaran impor tekstil dari Tiongkok berdasarkan data bea cukai
Tiongkok, dengan data impor yang tercatat di Indonesia. Dengan selisih data yang terus membesar dari tahun 2021 sebesar USD1,5 miliar hingga 2023 sebesar USD4 miliar. Hal ini pun menimbulkan kecurigaan akan masuknya impor tekstil ilegal karena harga jualnya pun sangat murah bahkan di bawah harga bahan baku.
Membanjirnya produk tekstil impor dari Tiongkok pun menghantam keras sektor tekstil dalam negeri. Bukan hanya dari produsen, tetapi para pedagang tekstil salah satunya di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara, Tanah Abang.
Kondisi ini pun langsung menjadi tugas besar bagi Kabinet Merah Putih yang baru satu minggu dilantik.
Presiden Prabowo Subianto pun langsung memerintahkan empat kementerian yakni Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, dan Kementerian Ketenagakerjaan untuk mengatasi hal ini.
Ekonom Piter Abdullah menilai semestinya langkah yang dilakukan Prabowo ini tidak hanya untuk menyelamatkan Sritex semata, tetapi juga industri tekstil secara keseluruhan.
"Pak Prabowo tidak hanya akan menyelamatkan Sritex tetapi akan menyelamatkan industri garmen dan tekstil. Karena percuma kalau seandainya Pak Probowo hanya menyelamatkan Sritex tetapi membiarkan industri garmen dan tekstil kita semakin terpuruk. Karena yang kita tahu beberapa perusahaan yang melakukan PHK terakhir ini adalah perusahan-perusahaan garmen dan tekstil," kata Piter