9 December 2025 20:50
Di balik tayangan berita bencana banjir Aceh yang sampai ke layar kaca, terdapat perjuangan para jurnalis di lapangan. Salah satunya dialami oleh Rudi Hermawan, kontributor Metro TV di Kabupaten Pidie, Aceh.
Di tengah tugasnya mengabarkan kondisi terkini kepada publik, Rudi justru menjadi salah satu korban yang terdampak parah. Rumahnya di kawasan Kuman Tanjung, Pidie, diterjang banjir bandang dengan ketinggian air yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah keluarganya.
"Dalam hitungan 30 menit, air langsung naik sangat tinggi. Sejarah kami belum pernah banjir di dalam rumah mencapai di atas 1 meter," ungkap Rudi dalam Primetime News Metro TV, Selasa 9 Desember 2025.
Detik-Detik Menyelamatkan 7 Anggota Keluarga
Rudi menceritakan, bencana bermula pada Selasa pagi saat hujan deras mengguyur. Awalnya ia mengira desanya aman, tapi tiba-tiba jaringan komunikasi terputus total. Saat mengecek keluar, ia melihat warga sudah berlarian mengevakuasi kendaraan.
Sadar bahaya datang, Rudi bergegas menyelamatkan tujuh anggota keluarganya, termasuk keponakan yang masih kecil dan ibu mertua.
"Kami saling membantu menyelamatkan barang-barang. Alhamdulillah sebagian selamat, meski ada yang tidak bisa dievakuasi lagi karena air datang sangat cepat," tuturnya.
Pascabanjir surut, tantangan belum usai. Rudi harus berjibaku membersihkan endapan lumpur tebal di rumahnya. Kondisi diperparah dengan pemadaman listrik yang masih berlangsung di wilayah tempat tinggalnya. Ia menyangsikan klaim pemulihan listrik 93 persen karena desanya masih gelap gulita.
"Mungkin saya berada di posisi 7 persen wilayah yang belum menyala listriknya," ujarnya.
Selain listrik, warga juga kesulitan memasak karena kelangkaan gas LPG, memaksa mereka mencari makanan matang ke luar atau mengandalkan dapur umum.
Tidur di Kantor demi Sinyal
Meski menjadi korban, profesionalisme Rudi sebagai jurnalis tak luntur. Sempat vakum beberapa hari karena peralatan mati total, kini ia kembali bertugas meliput, bahkan hingga ke wilayah tetangga di Pidie Jaya yang kerusakannya lebih parah.
Demi mengirimkan gambar dan naskah berita ke kantor pusat di Jakarta, Rudi harus menempuh perjalanan jauh ke Kota Sigli untuk mencari sinyal internet dan listrik.
"Saya terpaksa kadang harus bolak-balik dari rumah ke kota. Kadang sempat tidur di kantor PWI atau tempat teman agar bisa kirim materi. Meski rumah masih berlumpur dan was-was cuaca, tugas tetap berjalan," pungkas Rudi.