Manuver Budiman Sudjatmiko menemui prabowo subianto menuai kritik. Menurut Ray Rangkuti, manuver Budiman adalah halusinasi. Di sisi lain, manuver Budiman ini dipandang sebagai lirikan mata Presiden Joko Widodo mendukung Prabowo.
Terungkap bahwa tujuan politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menemui Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto adalah untuk mempersatukan kaum nasionalis sipil dan nasionalis berlatar belakang militer.
Budiman menyebutnya persatuan nasionalis dengan politik praktis yakni menyatukan Ganjar Pranowo yang diusung PDI Perjuangan dengan Prabowo Subianto yang berlatar belakang militer. Menurut Budiman, jika penyatuan Ganjar dan Prabowo berhasil, pemilu presiden akan selesai hanya satu putaran.
Pengamat politik yang juga aktivis 98, Ray Rangkuti menuduh Budiman Sudjatmiko yang menginginkan persatuan nasionalis seperti bangun tidur dan halusinasi. Menurut Ray, istilah kaum nasionalis sudah tidak tepat, karena tidak ada bakal calon presiden yang saat ini digadang-gadang yang bukan nasionalis.
Budiman Sudjatmiko yang juga aktivis 98 menilai asumsi dan kesimpulan Ray Rangkuti yang menyebutnya halusinasi adalah salah. Ada juga yang menilai pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo sebagai manuver.
Pertemuan itu menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo lebih condong mendukung Prabowo Subianto untuk maju sebagai capres Pemilu 2024. Walaupun, PDI Perjuangan sudah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai capres.
Sebelumnya, politikus PDI Perjuangan Effendi Simbolon juga menyatakan dukungan untuk Prabowo Subianto. Menurut Burhanuddin Muhtadi, dukungan politikus PDI Perjuangan untuk Prabowo Subianto ibarat gunung es. Jumlah kader PDI Perjuangan yang mendukung yang sebenarnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang terlihat di permukaan.
Hingga saat ini, hanya ada tiga bakal capres yang mengemuka yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.
