Oxfam Soroti Sidang PBB Dibayangi Oligarki Global

30 September 2024 11:55

Jakarta: Organisasi nirlaba Oxfam dalam pertemuan pemimpin di dunia sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York mengatakan sidang dibayangi oleh oligarki global. Oxfam dalam laporan terbarunya menyebut 1% orang terkaya di dunia menguasai 95% kekayaan seluruh umat manusia. 

Tujuan dari sidang majelis umum PBB ialah mendiskusikan isu-isu mendesak seperti kemiskinan dan perubahan iklim global. Tetapi, dalam pertemuan ini Oxfam menyebut sidang dibayangi oleh oligarki global. Oligarki global atau orang-orang super kaya menguasi kendali atas ekonomi global. 

Oligarki global yang mengendalikan sejumlah perusahaan besar dan super kaya. Dalam analisis Oxfam menyebut bahwa Kita hidup tidak dalam kesetaraan global, dimana 1% orang terkaya di dunia memiliki lebih banyak harta daripada 95% seluruh umat manusia. 
 

Baca Juga: Menlu Retno Tegaskan Indonesia Tak Bisa Biarkan Ketidakadilan di Palestina

Brazil yang saat ini menjabat sebagai ketua G20 akan memberlakukan pajak minimum 2?gi miliarder terkaya di dunia. Hal itu bisa mengumpulkan hingga 250 miliar dolar. Pada saat yang sama, usulan Brazil berhasil mendapat dukungan negara anggota G20 lainya, seperti Afrika Selatan, Spanyol, dan Prancis. Serta organisasi nirlaba Oxfam. 

Sayang sekali usulan tersebut tidak berjalan mulus, Amerika Serikat menentangnya. Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen mengatakan sebuah kesepakatan global terlalu rumit. 

Oxfam berpendapat pajak di negara berkembang banyak dihabiskan untuk membayar utang kepada kreditor swasta seperti bank dan Hedge fund atau dana lindung nilai. Selain itu, Oxfam juga mencap perusahaan farmasi besar membuat aturan tentang hak kekayaan intelektual untuk menguntungkan para pemegang saham. Hal ini mengakibatkan negara miskin kesulitan mengakses vaksin corona meskipun pemerintah telah mengontorkan miliaran dana. 

Merespon VOA, Pfizer menyanggah bahwa perusahaan telah menawarkan vaksin virus corona secara gratis kepada negara miskin, namun banyak negara kaya gerak cepat untuk membeli dosis yang tersedia. Pemimpin Pfizer juga memperingatkan kehilangan hak kekayaan intelektual akan membuat orang lain enggan mengambil risiko finansial yang besar dalam mengembangkan vaksin semacam itu. Pandangan tersebut direspon setuju oleh perusahaan farmasi besar lainnya. 

(Tamara Sanny) 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com