12 January 2024 12:46
Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) menilai, bantuan pangan beras yang disalurkan kepada masyarakat berhasil menekan inflasi sepanjang 2023. Namun, Perum Bulog mengakui penyaluran bantuan pangan beras belum mampu menurunkan harga beras.
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, bantuan pangan beras yang telah disalurkan dalam dua tahap untuk 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di 2023 terbukti menjaga inflasi. Namun, belum mampu menurunkan harga beras.
"Harus diakui bahwa bantuan pangan dan SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) belum berhasil menurunkan harga tapi berhasil menurunkan inflasi tapi harga beras nya masih relatif tinggi. Jadi artinya harga beras itu stabil tapi relatif tinggi," kata Dirut Bulog Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Kamis 11 Januari 2024.
Bayu menjelaskan, alasan harga beras belum turun karena produksi padi menurun pada 2023 dibandingkan 2022. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 ada surplus 1 juta ton beras. Sementara pada 2023, Indonesia mengalami surplus 300 ribu ton beras.
Selanjutnya Bayu mengatakan, saat ini Perum Bulog sudah menyalurkan beras SPHP sebanyak 1,2 juta ton sepanjang 2023 untuk menekan harga beras di masyarakat. Bayu memaparkan pada bantuan tahap 1, inflasi beras pada Februari di level 2,63?n turun menjadi 0,22% pada Mei.
Sedangkan pada bantuan pangan beras tahap II yang disalurkan dari bulan September sampai dengan Desember, juga mampu menjaga laju kenaikan harga beras di akhir tahun yang biasanya naik tinggi. Hal itu terlihat dari inflasi beras yang menurun cukup signifikan dari 5,61 persen pada September 2023 menjadi 0,43 persen pada Desember 2023.
Dengan adanya dampak dari penurunan inflasi itu, Badan Pangan Nasional kembali menugaskan Bulog untuk melanjutkan penyaluran bantuan pangan beras pada 2024. Penyaluran bantuan digelontorkan sejak 2 Januari 2024 dan ada penambahan jumlah KPM menjadi 22 juta KPM.