Menghadapi era penuh kemajuan teknologi dan informatika, Daerah Istimewa Yogyakarta segera mengembangkan pendidikan khas Yogyakarta yang berkemajuan. Namun tidak meninggalkan akar dan filosofinya. Model yang akan dikembangkan ini mengemuka dalam hybrid Forum Yogyakarta Initiative on G20-B20, bertema Future Work and Education Challenges And Solutions yang digelar secara hybrid dari Yogyakarta dan kalangan internasional.
Dewan Pendidikan Yogyakarta, Timotius Apriyanto mengatakan pendidikan khas Yogyakarta ini merupakan sebuah inisiatif yang sudah dimulai sejak lima tahun yang lalu dalam membuat sebuah sistem pendidikan yang didasarkan pada tata nilai pranata budaya. Pengembangan ini merupakan bentuk menghargai keberagaman dari masing-masing daerah.
Salah satu hal yang mengemuka mengenai predikat yang disandang Yogyakarta, yaitu sebagai kota pelajar dan di sisi lain kota pariwisata. Karena itu pendidikan khas Yogyakarta ini mengambil sumber pendidikan Keraton Yogyakarta, pesantren, muhammadiyah, taman siswa, dan pendidikan barat.
"Tentunya pendidikan khas ke-Jogja-an ini bukan untuk meninggalkan standar nasional kurikulum pendidikan kita. Justru akan menjadi nilai tambah menjadikan pendidikan khas Yogyakarta ini sebagai komplimen dalam kurikulum yang sudah ada," ujar Dewan Pendidikan Yogyakarta, Timotius Apriyanto.
Timotius mengatakan pendidikan khas Yogyakarta ini justru memberikan jawaban terhadap kebutuhan kompetensi moral, dan kebudayaan sebagai benteng untuk kuat dalam menghadapi empasan dampak buruk dari teknologi.