Bisikan Kritik Seniman Indonesia di Kalmar International Sand Sculpture 2025

21 July 2025 11:30

Seniman Indonesia tampil di Festival patung pasir terkemuka di Swedia. Karyanya yang unik menyelipkan kritik bagi generasi saat ini untuk lebih bertanggung jawab pada generasi mendatang.

Kalmar International Sand Sculpture 2025 berlangsung dari 14-18 Juli di Kalmar, sebuah kota pesisir di tenggara Swedia. Berlatar kastil Kalmar dan Laut Baltik, festival tersebut menghadirkan para seniman patung pasir terbaik dunia.

Tema yang diusung pada festival tahun ini adalah 'Land of Your Dream'. Jika mimpi identik dengan keindahan dan harapan, perspektif yang unik dan berbeda justru ditampilkan seniman asal Indonesia adalah I Made Sutama, seniman ukir kayu asal Bali yang mengangkat judul 'I have a bad dream'.

"Sebenarnya self critic, kritik pribadi untuk diri saya sendiri, untuk generasi ini tentang mimpi buruk melihat generasi yang akan datang. Karena sebagai generasi ini saya merasa diwariskan banyak sekali dari pendahulu saya dan apakah saya setidaknya bisa mempertahankan?" tutur Made.

"Maka dari itu, di sini ada wujud bayi yang simbol dari next generation, generasi selanjutnya dan pohon yang terpotong. Jadi itu jadi mimpi buruk tentang masa depan," tambahnya.
 

Baca: Indonesia Tiup Festival Jadi Panggung Apresiasi Musisi Tiup

Tidak hanya menampilkan keahliannya dalam seni pahat pasir, ia juga berhasil memantik ruang diskusi tentang masa depan lingkungan dan warisan budaya.

Total terdapat delapan tim dari tujuh negara yang sebelumnya telah diseleksi oleh dewan juri untuk dapat berpartisipasi dalam festival edisi ke-12 tahun ini. Dan yang menarik adalah Indonesia menjadi salah satu negara yang secara khusus digundang untuk berpartisipasi kembali.

Indonesia diundang kembali sebab tahun sebelumnya Indonesia yang juga diwakili I Made Sutama berhasil meraih posisi ketiga di ajang yang sama. Selain penilaian dari dewan juri, pengunjung festival ini juga dapat memberikan suara untuk karya favorit mereka.

"Ini sedikit membuat saya berpikir mengapa dia menamainya demikian, dan apakah itu terkait dengan apa yang terjadi di dunia atau apakah itu lebih bersifat personal, menarik," tutur salah satu pengunjung Rikard mengenai karya Made.

Simbol bayi beroksigen dan kayu dari pohon yang terpotong adalah pengingat bahwa generasi mendatang mungkin akan hidup tanpa warisan alam. Dan kita semua bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mimpi buruk itu tidak menjadi kenyataan di masa depan. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Diva Rabiah)