2 October 2025 22:20
Kisah penyelamatan yang luar biasa datang dari balik reruntuhan musala Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo. Dua orang santri, Syaifur Rozi Abdillah dan Alfatih Cakra Buana, yang berhasil dievakuasi setelah tiga hari tertimbun, menceritakan pengalaman mereka yang sangat berbeda dalam bertahan hidup.
Syaifur Rosi Abdillah tiba di IGD RSUD Sidoarjo pada Rabu malam, 1 Oktober 2025, dalam kondisi lemas dengan luka parah di kaki kirinya. Syaifur menceritakan bahwa selama tiga hari terhimpit reruntuhan, ia bertahan hidup tanpa makan dan minum sama sekali, hanya dengan terus berdoa memohon pertolongan.
Dalam kondisi sadar, ia bahkan sempat berinisiatif mengoordinasikan teriakan minta tolong bersama korban lain di dekatnya. "Saya punya ide minta tolong bareng-bareng. 'Satu, dua, tiga, tolong, Pak!'," kenang Rozi.
Momen paling mengharukan terjadi saat tim SAR berhasil mengeluarkannya. Dalam kondisi terluka, hal pertama yang ia lakukan adalah menunjuk ke arah reruntuhan dan meminta petugas untuk menyelamatkan temannya terlebih dahulu.
"Teman saya, Pak! Dahulukan teman saya dulu," ujarnya kepada tim penyelamat.
Berbeda dengan Rosi, Alfatih Cakra Buana justru mengaku tertidur selama tiga hari di bawah reruntuhan dan tidak merasakan lapar maupun haus. Ia selamat tanpa luka serius karena tubuhnya tertimbun pasir hingga sebatas dada, sementara wajahnya terlindungi oleh lempengan seng.
Alfatih samar-samar mengingat momen saat bangunan runtuh yang ia rasakan seperti gempa.
"Saya lari, terus pingsan, mungkin kena batu," katanya.
"Bangun-bangun sudah gelap, di sebelah ada teman-teman. Saya tanya kenapa, katanya musalanya roboh. Sudah gitu, saya tidur lagi," lanjut Alfatih.
Selama tidurnya, ia mengaku bermimpi seolah-olah sedang minum air melalui selang, yang rasanya sangat nyata. Ia baru benar-benar terbangun ketika tim SAR gabungan mulai mengevakuasinya dari puing-puing bangunan.