Fakta dan Data Bencana Kelaparan di Gaza

14 May 2025 18:02

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendesak blokade bantuan untuk warga Gaza yang dilakukan Israel segera dihentikan. Hal ini karena aksi blokade oleh Israel membuat sekitar 2,1 juta penduduk Gaza dalam bencana kelaparan, kekurangan gizi, akut, dan juga kematian. 

Sejak blokade bantuan dimulai pada 2 Maret 2025, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan ada 57 anak yang meninggal akibat kekurangan gizi

Periode Gencatan Senjata di Gaza

Sebelumnya Hamas dan Israel telah menyepakati tahap pertama gencatan senjata terjadi pada 19 Januari hingga 1 Maret 2025. Gencatan senjata ini dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan juga Qatar.

Pada gencatan senjata tahap pertama, Hamas membebaskan 33 sandera yang diculik. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan warga Palestina yang ditahan, termasuk yang menjalani hukuman seumur hidup.

Semestinya gencatan senjata ini diikuti ke tahap kedua. Namun, Israel melanggar sepihak kesepakatan tahap kedua. Pada Selasa, 18 Maret 2025 Israel melancarkan serangan membabi buta ke sejumlah wilayah di Gaza dan Tepi Barat. Menurut Hamas, Israel menghukum mati sendiri warga mereka yang disandera oleh Hamas. 

Dampak Blokade Israel ke Wilayah Gaza

Tak hanya itu, Israel juga sepenuhnya melarang masuknya bantuan pangan, medis, dan kemanusiaan ke Gaza. Dampaknya harga pangan di pasar ini melonjak ke tingkat yang sangat tinggi dan hanya sedikit makanan yang tersedia di luar jangkauan. Akibatnya sebagian besar keluarga serta anak-anak di Gaza mengalami kekurangan pangan yang ekstrem hingga menyebabkan kelaparan, mal nutrisi akut, dan penyakit lainnya.
 
Baca juga: 

PBB: Kelaparan di Gaza Sengaja Diciptakan, Dunia Tak Boleh Diam

Jumlah Warga Kelaparan dan Malnutrisi

Berdasarkan data dari Snapshot Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebanyak 470 ribu warga Gaza hadapi bencana kelaparan, 71 ribu anak lainnya mengkhawatirkan serta lebih dari 17 ribu ibu membutuhkan perawatan segera untuk malnutrisi akut. Asesmen yang dilakukan IPC itu juga menemukan bahwa warga khususnya anak-anak yang mengalami malutrisi akut diperkirakan bertambah terutama di Gaza Utara dan Rafah bagian paling selatan Jalur Gaza. 

IPC sendiri merupakan konsorsium yang dibentuk pada 2004 oleh PBB bersama juga dengan beberapa lembaga internasional untuk mengklasifikasikan tingkat keamanan pangan di suatu daerah. Badan-badan PBB ini telah memperingatkan bahwa populasi di seluruh Jalur Gaza beresiko kelaparan, karena blokade Israel. Jika blokade ini tidak segera diakhiri, akan memperparah bencana kelaparan yang tak manusiawi bagi warga sipil Palestina di Gaza. 

Menanggapi bencana kelaparan di Gaza, Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell mengatakan sebagian besar anak-anak di Gaza menghadapi kekurangan pangan ekstrem sebagaimana dikonfirmasi oleh 17 Badan PBB dan LSM dalam laporan IPC. 

"Risiko kelaparan tidak datang secara tiba-tiba. Hal ini terjadi di tempat-tempat di mana akses terhadap makanan terhambat. Di mana sistem kesehatan hancur dan anak-anak dibiarkan hidup tanpa batas minimum," lanjutnya.

Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia PBB, Cindy McCain juga mendesak  komunitas internasional harus segera bertindak agar bantuan kembali mengalir ke Gaza. Jika menunggu kelaparan dikonfirmasi secara resmi, maka sudah terlambat bagi banyak orang. 

Kantor PBB untuk kemanusiaan juga menyerukan penghentian segera blokade pangan terhadap jalur Gaza, karena membahayakan nyawa 2,1 juta penduduknya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)