9 November 2023 09:41
Sudah satu bulan ini, warga di Gaza mengungsi pascaperang Israel-Hamas pecah di awal Oktober 2023. Sekitar 70% penduduk telah meninggalkan rumah mereka. Sementara, persediaan makanan, obat-obatan, bahan bakar dan air semakin menipis.
Mengungsi di sebuah sekolah yang penuh sesak di pinggiran Khan Younis, ribuan warga Palestina kini tinggal di antara ruang kelas yang ditinggalkan dan juga taman bermain.
Di sekolah milik UNRWA (United Nations Relief and Works Agency), banyak warga pengungsi yang khawatir dengan hari-hari mendatang saat Israel mengintensifkan invasi darat ke wilayah tersebut.
"Bulan lalu sangat menakutkan dan dipenuhi dengan malam-malam tanpa tidur. Anak-anak ketakutan. Kami membutuhkan dokter dan rumah sakit. Mereka telah menghancurkan masjid dan rumah sakit. Kami hidup dalam situasi yang sangat sulit. Tidak ada yang bisa menanggung penderitaan yang dialami gaza. Tentang apa yang akan terjadi? Bagaimana kita akan hidup? Toko roti sudah tutup, tidak ada bensin. Apa yang akan kita makan?," ujar salahs satu pengungsi, Suhaila Al Nazzar.
Sementara itu di halaman sekolah, banyak warga memanfaatkan ruang yang tersedia untuk menggantung cucian dan mengambil air minum.
Pasukan Israel sendiri telah memerangi Hamas di Gaza selama lebih dari seminggu. Israel berhasil membelah wilayah tersebut menjadi dua dan mengepung Kota Gaza.
"Sampai sekarang, kami masih menuju ke arah yang tidak diketahui. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi atau berapa lama perang akan berlanjut. Kami telah meninggalkan rumah kami. Rumah kami telah dihancurkan. Kami berjuang di jalanan. Bahkan jika anda tinggal di sekolah, anda tidak merasa aman. Tidak ada keamanan di sekolah. Kami terus mengatakan bahwa situasinya berubah dari buruk menjadi lebih buruk," tutur Yousef Al Shawaf.
Serangan udara telah meratakan bangunan. Sekitar 70% penduduk telah meninggalkan rumah mereka. Banyak dari warga yang mengindahkan perintah Israel untuk menuju ke bagian selatan wilayah yang terkepung, tapi nyata-nyatanya masih juga dibom.
Makanan, obat-obatan, bahan bakar dan air semakin menipis. Sekolah-sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan yang dikelola PBB juga telah kelebihan kapasitas.