Jakarta: Gunung Semeru di Jawa Timur erupsi pada Rabu, 19 November 2025, dengan aktivitas vulkanik yang meningkat hingga mencapai level tertinggi, yaitu Level IV Awas, hanya dalam beberapa jam.
Hal ini sekaligus menjadi dasar ditetapkannya Status Tanggap Darurat Bencana Alam yang berlaku aktif hingga 26 November oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Badan Geologi Kementerian ESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar jalur transportasi yang menghubungkan Lumajang dan Malang tetap dibatasi secara ketat karena masih tingginya potensi bahaya dari aktivitas Gunung Semeru.
Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Priatin Hadi Wijaya menegaskan, laporan tim di lapangan menunjukkan jalur tersebut masih rawan terdampak material vulkanik maupun lahar dingin.
PVMBG akan terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, dan Polri untuk menentukan kapan jalur tersebut aman untuk dilalui kembali.
PVMBG merekomendasikan area sterilisasi sejauh 8 kilometer dari puncak untuk segala aktivitas, guna menghindari risiko lontaran batu pijar yang masih mungkin terjadi.
Jalur pendakian ditutup
Saat ini, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) telah menutup semua aktivitas pendakian, termasuk jalur Ranu Kumbolo, sebagai langkah mitigasi setelah PVMBG menaikkan status Semeru menjadi Level IV atau Awas.
Hal ini karena potensi bahaya erupsi masih sangat tinggi dan zona sektoral 20 kilometer arah selatan-tenggara dinyatakan berisiko besar.
Pendaki tertahan di Ranu Kumbolo
Menurut informasi, sebanyak 178 orang pendaki sempat terjebak di kawasan Ranu Kumbolo saat Gunung Semeru erupsi. Pendakian memang masih dibuka pada Rabu pagi karena radius aman saat itu masih berada di kisaran 5-8 kilometer.
Para pendaki itu juga tidak dapat langsung turun karena jalur licin, gelap, dan rawan longsor sehingga petugas memutuskan menahan seluruh pendaki untuk bermalam demi menghindari risiko besar selama perjalanan turun.
Usai erupsi Semeru, semua pendaki yang sempat terjebak di Ranu Kumbolo pun dipastikan berada dalam kondisi aman dan tidak terkena awan panas karena arah guguran awan panas Semeru mengarah ke Gladak Perak.
Pengungsi erupsi Semeru
Data Awal pada 21 November, BNPB mencatat sebanyak 1.116 warga mengungsi dan tersebar di sembilan lokasi pengungsian. Sementara
data terbaru 22 November 2025 jumlah pengungsi yang masih bertahan di posko pengungsian menurun menjadi 645 jiwa.
Para pengungsi saat ini ditampung di tiga titik utama di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, yaitu SDN Supit Urang 04, SMPN 2 Pronojiwo, dan Kantor Desa Oro Oro Ombo.
Penurunan jumlah pengungsi ini terjadi karena sebagian besar warga telah diizinkan untuk kembali ke rumah masing-masing setelah situasi gunung berangsur membaik, meskipun status tanggap darurat masih diberlakukan hingga 26 November 2025.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan seluruh pengungsi akibat erupsi Gunung Semeru telah mendapatkan penanganan maksimal, baik tempat pengungsian, fasilitas dapur umum, maupun layanan kesehatan.
"Memang sudah berakhir tapi statusnya masih awas, sehingga kita tetap melakukan kesiapsiagaan melakukan penanganan, dan memastikan semua warga dalam kondisi aman," kata Khofifah.
Sumber: Redaksi Metro TV