Begini Sejarah Keraton Solo dari Masa ke Masa

18 November 2025 18:03

Jakarta: Kota Solo bukan hanya dikenal sebagai pusat budaya dan batik, tetapi juga merupakan tempat berdirinya salah satu keraton paling berpengaruh di Jawa, yakni Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Berdiri sejak tahun 1745, keraton ini menjadi saksi sejarah Jawa, termasuk pergantian para raja yang mewarnai kehidupan politik masyarakatnya.

Keraton Surakarta dibangun oleh Pakubuwono II, setelah kerusuhan besar yang menghancurkan Keraton Kartasura. Perpindahan pusat kerajaan ke Surakarta menandai lahirnya babak baru kerajaan Mataram. Sejak saat itu, gelar “Pakubuwono” digunakan secara turun-temurun oleh raja penerusnya.

Setelah Pakubuwono II wafat, takhta dilanjutkan oleh Pakubuwono III yang memerintah di masa pengaruh kuat VOC Belanda, hubungan antara kerajaan dan pihak kolonial pun semakin erat, ia bahkan jadi raja pertama yang dilantik oleh VOC. Sementara Pakubuwono IV, ketika naik takhta, dikenal sebagai sosok yang religius dan dekat dengan para ulama.

Selanjutnya Pakubuwono V yang memimpin hanya dalam tiga tahun karena wafat di usia muda. Dikenal karena memimpin penyusunan Serat Centhini, karya sastra tentang budaya Jawa. Di masa Pakubowono VI, keutuhan Surakarta berusaha keras dipertahankan dari pengaruh Belanda, ia pun sangat mendukung peran Pangeran Diponegoro.
 


Lalu, ada Pakubowono VII dan Pakubowono VIII yang periode pemerintahannya dikenal karena melanggengkan banyak karya sastra dan peninggalan budaya, seperti gamelan. Pada masa kepemimpinan Pakubowono IX yang jadi transisi menuju modernitas banyak pejabat istana yang menyimpang sehingga disebut sebagai “zaman edan”.

Sedangkan masa Pakubuwono X, kerajaan Surakarta mengalami masa kejayaan. Ia dikenal sebagai raja yang dekat dengan rakyat dan berperan besar dalam menggerakkan semangat nasionalisme. Namun, penurunan terjadi di kepemimpinan Pakubowono XI karena masa sulit Perang Dunia II sehingga ekonomi kerajaan pun menurun.

Di era Pakubowono XII setelah Indonesia merdeka, status istimewa Surakarta dicabut. Peran politik keraton pun berkurang, tetapi nilai budaya dan tradisinya tetap terjaga hingga kini. Di bawah
kepemimpinan Pakubuwono XIII, Keraton Surakarta tetap menjadi pusat kegiatan budaya, seperti upacara adat, kirab pusaka, hingga perayaan Sekaten yang masih diminati masyarakat.

Tradisi-tradisi itu menjadi bukti bahwa warisan kebesaran Keraton masih hidup di tengah masyarakat modern. Dari masa ke masa, para rajanya tak hanya meninggalkan jejak kekuasaan, tetapi juga warisan moral dan budaya yang hingga kini tetap menjadi kebanggaan rakyat Solo serta Indonesia.

Jangan lupa saksikan MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com. 

(Nada Nisrina)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Zein Zahiratul Fauziyyah)