26 August 2025 19:08
Dua tokoh pers dan sastra legendaris Indonesia, almarhum Mochtar Lubis dan almarhum Atmakusumah Astraatmadja, mendapatkan anugerah tanda jasa dari Presiden Prabowo Subianto. Penghargaan anumerta ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi luar biasa kedua sosok tersebut dalam perjuangan di dunia jurnalisme, sastra, dan kebebasan pers.
Mochtar Lubis Berjasa Luar Biasa di Bidang Pers
Ahli waris Mochtar Lubis menerima Bintang Budaya Parama Dharma atas jasa luar biasanya di bidang sastra dan jurnalisme. Mochtar Lubis (1922-2004) dikenang sebagai sosok yang tak kenal takut. Setelah bergabung dengan Kantor Berita Antara pasca-proklamasi, ia mendirikan harian Indonesia Raya pada 1949.
Namanya kian dikenal saat menjadi wartawan perang yang meliput langsung Perang Korea pada 1950. Sikapnya yang sangat kritis terhadap penguasa membuatnya harus merasakan dinginnya penjara di era Presiden Soekarno dan surat kabarnya diberedel. Pada masa Orde Baru, ia kembali menghidupkan Indonesia Raya dan menorehkan sejarah lewat liputan investigasi tajam, yang kembali membuatnya berhadapan dengan kekuasaan hingga medianya diberangus pasca-peristiwa Malari 1974.
Di luar jurnalisme, Mochtar Lubis adalah seorang sastrawan besar dengan karya-karya monumental seperti Harimau! Harimau!, Senja di Jakarta, dan Jalan Tak Ada Ujung. Reputasinya sebagai pejuang kebenaran yang teguh menjadikannya salah satu ikon pers paling berpengaruh di Indonesia.
Atmakusumah Astraatmadja: Guru Pers dan Pejuang Kebebasan
Sementara itu, ahli waris Atmakusumah Astraatmadja menerima Bintang Jasa Nararya. Penghargaan ini diberikan atas jasa luar biasanya dalam memperjuangkan kebebasan pers, terutama perannya yang sangat penting dalam proses lahirnya Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999.
Atmakusumah (1938-2025) adalah jurnalis kawakan yang pernah bekerja bersama Mochtar Lubis di harian Indonesia Raya. Sosok yang akrab disapa Pak Atma ini kemudian menjabat sebagai Ketua Dewan Pers independen pertama. Dedikasinya pada dunia pers berlanjut saat ia mengabdikan diri sebagai Direktur Eksekutif di Lembaga Pers Dr. Soetomo, tempat ia mendidik ribuan wartawan.
Hingga akhir hayatnya, ia aktif menulis dan mengasuh rubrik "Atma Menjawab" yang menjadi rujukan persoalan jurnalistik. Kiprahnya telah diakui secara luas, terbukti dari berbagai penghargaan bergengsi yang ia terima, termasuk Ramon Magsaysay Award pada tahun 2000 dan Lifetime Achievement Award dari Dewan Pers pada 2023. Ia dikenang sebagai guru pers dan panutan bagi wartawan lintas generasi.