Bedah Editorial MI: Debat Capres bukan Alat Gosip

3 February 2024 09:42

DEBAT pamungkas pilpres bakal digelar Minggu, 4 Februari. Pamungkas berarti menyelesaikan ataupun mengakhiri. Pamungkas juga dapat dimaknai sebagai perusak ataupun penghancur, bila dalam konteks persenjataan. 

Dan pada Minggu nanti rakyat, terkhusus pemilih, bisa menyaksikan debat kelima alias pamungkas para calon presiden. Debat yang mempertemukan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo akan menjadi debat resmi terakhir atau penutup menjelang pemungutan suara 14 Februari. 

Setiap calon pemimpin bangsa itu akan mengutarakan serta mempertahankan pendapat mereka terkait dengan tema, yakni kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia (SDM), serta inklusi.

Sehingga, dalam tempo 120 menit, ketiga capres akan memperlihatkan keunggulan diri ketimbang pesaingnya dalam delapan tema yang terkait dengan keseharian rakyat. 

Banyaknya persoalan yang harus dibahas dalam tempo yang singkat membuat publik akan lebih fokus pada sisi karakter ketimbang isu. Bahkan, ada anggapan kalau debat kandidat hanya sebagai hiburan karena tidak mampu menggali apa yang ada di balik benak para kandidat. 

Di tema kesejahteraan sosial, bisa saja membahas persoalan kemiskinan yang melanda sekitar 9% warga. Padahal, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, warga miskin dikurangi menjadi tinggal 6,5% hingga 7,5?ri populasi.

Lalu, di isu kesehatan ada persoalan kondisi jutaan anak Indonesia yang mengalami stunting hingga hilangnya pasal mandatory spending 5% untuk kesehatan dari  Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

Di persoalan ketenagakerjaan, Presiden Joko Widodo mengeklaim keberhasilan mengurangi tingkat pengangguran pada 2023. Akan tetapi, ada yang menilai, turunnya angka pengangguran dibarengi penciptaan lapangan kerja yang makin tidak bermutu karena yang meningkat hanya di sektor pekerja informal.

Lalu, di tema pendidikan, ada persoalan perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi. Selain itu, persoalan kapasitas dan nasib guru, khususnya guru honorer. Juga, kebijakan pendidikan yang berubah-ubah serta terputus antara satu dan lainnya.
 
Belum lagi, masuknya pinjaman online (pinjol) di dunia pendidikan. Di satu sisi, ia sebagai solusi mengatasi persoalan mahalnya biaya pendidikan tinggi, tapi di sisi lain, solusi finansial bagi guru yang berlatar belakang ekonomi menengah ke bawah dan tidak memiliki akses pembiayaan.

Anies, Prabowo, dan Ganjar, dalam kesempatan terpisah, telah menyatakan kesiapan berhadapan dengan para kompetitor. Anies memastikan akan lebih banyak bicara terkait substansi tema, ketimbang menampilkan gimik. 

Apalagi, Anies selaku mantan rektor, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan, serta Gubernur DKI Jakarta telah mengantongi beragam rekam karya. Sehingga, Anies tidak sekadar menyampaikan angan-angan apalagi angin surga. 

Ganjar juga mengaku membekali diri dengan pengalaman selaku Gubernur Jawa Tengah selama dua periode. Walhasil, Ganjar meyakini omongannya akan memiliki basis berupa bukti nyata. 

Sedangkan Prabowo saat berkampanye di Jawa Timur pada Kamis (1/2), mengaku waswas. Prabowo ternyata masih saja mengungkit-ungkit penilaian Anies saat debat pada 7 Januari. Kala itu, Anies memberi sekor 11 dari 100, sedangkan Ganjar memberi nilai 5 dari 10. 

Prabowo dalam berbagai kesempatan memang selalu mengomentari isi debat yang sudah berlalu. Tidak jarang, dia juga membumbui dengan ucapan yang bernada memaki. Tidak heran, Prabowo sempat dianggap gagal move on.
 
Padahal, sejumlah akademisi meyakini debat kandidat akan mampu mengubah arah dukungan kalangan sebagian pemilih yang masih bimbang alias swing voters. Sehingga, semestinya para kandidat mati-matian untuk mempersiapkan dan mempertahankan diri secara ksatria saat berhadapan dengan lawan di debat. Bukan malah menjelek-jelekkan lawan di panggung-panggung di luar debat. Tidak pantas seorang calon pemimpin bangsa setara dengan penggosip yang kerap bergunjing. 

Calon pemimpin bangsa, eloknya, memanfaatkan forum debat pemungkas untuk tampil sebaik mungkin. Karena debat kandidat juga menjadi ajang bagi publik untuk menilai kapasitas para kandidat. Apakah sang calon memang memiliki isi atau hanya kinclong di kemasan luar. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)