Kampung Halaman Kukusan Bambu Tiongkok

2 February 2024 08:45

Kudapan pendamping teh yang masih mengepul disajikan dalam kukusan bambu bundar yang halus. Saat tutup kukusan diangkat perlahan, tercium aroma masakan dan wangi bambu yang terbawa oleh uap panas. Ini adalah memori meja makan banyak orang di Tiongkok dan luar negeri. Sebagian besar wangi bambu ini berasal dari bambu yang tumbuh di Kota Silun, Luoding, Yunfu, Guangdong, yang dikenal sebagai "Kampung Halaman Kukusan Bambu Tiongkok". 

Reporter CNS baru-baru ini menempuh perjalanan hampir 4 jam dari Kota Guangzhou ke Kota Silun di Pegunungan Yunkai, sebelah barat Luoding. Di tempat ini terdapat kawasan hutan bambu, dan kukusan bambu terlihat di mana-mana.

Aroma bambu langsung tercium saat memasuki kawasan produksi kukusan di Kota Silun. Kukusan yang telah selesai dianyam akan dijemur di bawah tenda sambil kering. Di ruang produksi terdekat, para pekerja sedang memotong, membentuk dan memoles lembaran bambu.

Zhang Qunying mengatakan bahwa saat memasak makanan di dalam kukusan Silun, kondensasi uap tidak akan mengalir kembali, sehingga makanan tidak mudah basi. Selain mempertahankan cita rasa asli makanan, kukusan ini juga meninggalkan aroma bambu yang unik pada makanan, sehingga menjadikan kukusan Silun sangat digemari oleh para pedagang asing.

Saat ini, tempat produksi kukusan tempat Zhang Qunying bekerja dipenuhi tumpukan kukusan bambu dalam berbagai ukuran, yang digunakan untuk mengukus kue kering atau mengukus nasi. Produk tersebut laris manis hingga ke Eropa, Amerika, dan Asia Tenggara.

Ada pepatah di Kota Silun yang mengatakan bahwa “bila Anda mampu menganyam kukusan, tidak perlu takut jatuh miskin. Menanam, menganyam, membeli, dan menjual telah lama menjadi proses industri primitif di daerah tersebut. Hampir setiap keluarga di Kota Silun mampu menganyam kukusan bambu, dan keahlian tersebut menjadi mata pencaharian utama penduduk setempat. 

Saat ini ada sekitar 12.000 orang yang terlibat dalam produksi kukusan di Kota Silun, dengan nilai produksi tahunan lebih dari 320 juta yuan. Ekspor kukusan dari Kota Silun menempati 85?ri produk serupa di Tiongkok.

Sejak kecil Shen Meijuan telah belajar cara membuat kukusan bambu dari orangtuanya. Pada tahun 2013, Shen Meijuan meninggalkan pekerjaannya di kota, dan pulang ke kampung halaman untuk memulai bisnis kukusan. 

Selama belasan tahun terakhir, sebagai pewaris keterampilan menganyam kukusan bambu Silun, Shen Meijuan telah menyempurnakan desain kukusan tersebut, serta berinovasi membuat produk anyaman bambu lainnya sesuai kebutuhan di zaman modern, sehingga menjadikan warisan budaya takbenda tersebut menjadi semakin indah dan memiliki nilai lebih.

Dalam rangka melestarikan budaya menganyam bambu, sejak tahun 2021 Shen Meijuan mulai melakukan penelitian tentang anyaman bambu sebagai warisan budaya takbenda, untuk menghubungkan warisan budaya takbenda dengan pendidikan budaya remaja.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)