Dua hari berturut-turut, kecelakaan maut kembali terjadi di Indonesia, menelan belasan korban jiwa. Setelah bus Antar Lintas Sumatera (ALS) terguling di Padang Panjang, Sumatera Barat, kini giliran truk pengangkut pasir yang mengalami kecelakaan di Purworejo, Jawa Tengah. Dua insiden ini menjadi sorotan karena melibatkan kendaraan besar dan memicu pertanyaan soal lemahnya pengawasan.
Pengamat transportasi yang juga Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno, menilai penyebab utama maraknya kecelakaan terletak pada lemahnya sistem pengawasan. Selain itu, minimnya anggaran keselamatan transportasi.
“Angkutan umum dan barang memang wajib mengikuti uji KIR setiap enam bulan. Tapi di luar itu, ada SMK (Sistem Manajemen Keselamatan) yang mestinya dijalankan perusahaan. Sayangnya, pemerintah tidak menganggarkan SMK, padahal ini kunci keselamatan,” ujar Djoko dalam Metro Hari Ini pada Rabu, 7 Mei 2025.
Menurutnya, efisiensi anggaran berdampak langsung pada minimnya razia kendaraan, pengawasan di terminal, hingga pemeliharaan rambu dan marka jalan. Bahkan, institusi seperti Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) pun kini kesulitan melakukan investigasi dan konsolidasi di daerah karena tak memiliki cukup dana operasional.
Djoko juga menyoroti lemahnya pengawasan operasional kendaraan. Ia mengungkapkan, bus ALS yang mengalami kecelakaan di Padang Panjang ternyata tak memiliki izin operasi. Hal ini menandakan lemahnya kontrol di lapangan, baik oleh kepolisian maupun dinas perhubungan.
“Mestinya ada anggaran rutin untuk pembinaan dan pengawasan, baik kepada operator maupun pengemudi. Tapi saat ini tidak ada sama sekali,” tambahnya.
Lebih lanjut, Djoko mengajak masyarakat khususnya pengguna dan pemilik angkutan umum untuk lebih waspada. Ia menegaskan pentingnya kesadaran akan keselamatan dan pentingnya menolak kendaraan yang tak layak jalan.
“Ini pokoknya anggaran keselamatan itu jangan dipangkas demi
efisiensi. Percuma bangsa ini menciptakan manusia unggul
toh nanti menjadi korban kecelakaan juga. Jangan sampai itu menjadi korban yang sia-sia di jalan,” pungkasnya.
(Tamara Sanny)