Pidato Perdana Paus Leo XIV sebagai Pemimpin Baru Gereja Katolik Dunia

9 May 2025 09:50

8 Mei 2025, dunia menyaksikan momen bersejarah ketika asap putih mengepul dari Kapel Sistina di Vatikan yang menandai terpilihnya seorang paus baru. Kerumunan umat Katolik dari berbagai penjuru dunia bersorak riang gembira di Lapangan Santo Petrus menantikan pengumuman yang telah dinanti-nantikan. 

Kardinal Robert Francis Prevost, seorang imam Agustinian asal Chicago yang juga berkewarganegaraan Peru resmi terpilih sebagai paus dan memilih nama Leo XIV. Sebuah babak baru Gereja Katolik pun dimulai dengan penuh harapan dan semangat baru. Di mana ketika harapan menyala di hati umat, langit pun tersenyum kepada bumi. 

Paus Leo XIV (69) muncul di Basilika Santo Petrus mengenakan jubah merah tradisional dan membawa pesan perdamaian dan persatuan dalam pidato perdananya. Ia menyapa umat dengan kalimat sederhana namun bermakna. 

Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya berjalan bersama sebagai umat Allah, tanpa rasa takut dalam cinta kasih, dan pengertian. Ibarat sebuah peribahasa 'seorang pemimpin sejati tidak berjalan di depan untuk dikagumi, tapi berjalan di samping agar kita tidak tersesat'.
 

Baca: Di Balik Nama Kepausan Leo yang Dipilih oleh Robert Francis Prevost

Pemilihannya sebagai paus mengakhiri tabuh panjang tentang kemungkinan seorang paus dari Amerika Serikat, negara dengan kekuatan geopolitik besar. Namun, latar belakang Prevost sebagai misionaris dan uskup agung di Kota Peru, serta pengabdiannya dalam Ordo Agustinian menjadikannya sosok yang diterima luas.

Paus Leo XIV bukan hanya mewakili sebuah negara, tetapi juga semangat lintas batas dan kesetiaan akan panggilan pelayanan. Hal itu  pun disambut bahagia umat Katolik yang menyaksikan terpilihnya paus baru.

Dengan kehadiran Paus Leo ke gereja Katolik memasuki masa baru yang penuh harapan. Ia diharapkan meneruskan warisan Paus Fransiskus dalam memperjuangkan keadilan sosial, kesederhanaan, dan dialog antar umat. 

Di tengah dunia yang terpecah, kehadirannya menjadi lambang bahwa kasih dan persatuan masih mungkin diperjuangkan. Ibarat kata dalam badai zaman, suara kasih adalah jangkar yang menuntun kapal iman menuju damai.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggie Meidyana)