Banjir Bandang dan Longsor Terjang Pegaf, 1 Orang Tewas 19 Hilang

19 May 2025 14:18

Papua Barat: Banjir bandang dan tanah longsor melanda Kampung Mayes, Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Papua Barat, pada Jumat, 16 Mei 2025. Satu orang ditemukan meninggal dunia. Sementara 19 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Bencana ini dipicu hujan deras yang mengguyur sejak siang hingga sore hari. Hujan deras tersebut menyebabkan sungai meluap dan lereng bukit runtuh. 

Sebanyak 35 personel dari tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas Manokwari, TNI-Polri, dan instansi terkait telah dikerahkan ke lokasi kejadian. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Manokwari, Yefri Sabaruddin, mengatakan seluruh tim kini telah berada di lokasi terdampak.

“Tim gabungan terus melakukan pencarian terhadap 19 korban hilang. Kami menggunakan peralatan seperti drone untuk pengamatan sekaligus deteksi potensi longsor susulan,” ujar Yefri dikutip dari Breaking News, Metro TV pada Senin, 19 Mei 2025.

Menurutnya, kondisi cuaca di lokasi masih sangat rawan. Hujan masih terus turun, sehingga meningkatkan risiko longsor lanjutan. “Kami tetap berhati-hati, mengutamakan keselamatan seluruh personel. Medannya curam, akses terbatas, dan kami dibekali komunikasi satelit sebagai satu-satunya sarana komunikasi,” tambahnya.

Untuk mencapai titik longsor, tim harus menempuh perjalanan ekstrem selama lima jam dari ibu kota Kabupaten Pegaf. Kemudian tambahan dua jam dari distrik terdekat. Termasuk 1 jam berjalan kaki.

“Kami gunakan drone untuk memilih jalur aman dan menghindari potensi korban tambahan dari tim penyelamat sendiri,” kata Yefri.

Soal identitas korban, pihak Basarnas belum merinci latar belakang para korban. Namun disebutkan bahwa mereka merupakan gabungan warga lokal dan pendatang.
 

Baca Juga: Pemkab Bandung Barat Tetapkan Status Tanggap Bencana Longsor di Lembang
 

“Kami tidak melihat latar belakang warga. Siapapun yang jadi korban, tugas kami adalah memberikan pertolongan,” tegas Yefri.

Tim SAR juga mengungkap adanya dugaan aktivitas warga di sepanjang aliran sungai sebelum kejadian. Tetapi aktivitas tersebut masih ditelusuri. Sejauh ini, fokus utama adalah pencarian dan penyelamatan korban hilang.

Sementara itu, berdasarkan keterangan warga dan pihak kepolisian, lokasi kejadian berada dekat area tambang emas informal yang kerap dijadikan lokasi aktivitas ekonomi. Jalur menuju lokasi diketahui tidak memiliki akses transportasi permanen, hanya bisa dilalui kendaraan ringan dengan medan yang sangat terjal.

Pihak kepolisian menyebut, total korban diperkirakan mencapai 24 orang, termasuk satu korban meninggal dan 19 hilang. Belum ada laporan mengenai kerusakan parah di pemukiman karena longsor terjadi di luar kampung.

Pencarian masih terus dilakukan, tapi terkendala intensitas hujan tinggi dan minimnya jaringan komunikasi. “Starlink yang kami gunakan pun belum optimal menjawab tantangan komunikasi di lapangan,” kata Yefri.

Yefri juga menambahkan, personel gabungan masih bisa ditambah jika ada pihak yang ingin membantu. Namun ia menekankan pentingnya koordinasi agar tidak membahayakan keselamatan tim di lapangan.

(Tamara Sanny)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Gervin Nathaniel Purba)