Geriliya Industri Film Porno Lokal

Komplotan pembuat film porno ditangkap polisi di wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lima orang yang ditangkap terdiri dari pemeran, produser sekaligus sutradara dan pemilik rumah produksi, kameramen, editor dan sound engineering. Mereka telah ditetapkan menjadi tersangka.

Kelima tersangka ini nekat membuat film porno lantaran film bergenre horor dan komedi yang sempat mereka produksi sebelumnya ternyata sepi peminat.

Pengungkapan kasus ini bermula dari penyelidikan tim gabungan yang melakukan patroli siber dan diperoleh informasi adanya situs video streaming berlangganan yang menyediakan konten pornografi.

Kelima pelaku rupanya sudah menggeluti bisnis tersebut sejak 2022. Selama itu ada 120 judul film yang sudah diproduksi dengan keuntungan hampir Rp500 juta.

Pemilik rumah produksi merekrut artis dan selebgram dari kelompok jaringannya dan dari media sosial. Mereka dibayar bergantung popularitas pemeran mulai dari Rp10-15 juta untuk sekali main di film tersebut.

Dari hasil identifikasi yang dilakukan terdapat 12 pemeran wanita dan lima pemeran pria dalam film tersebut. Saat ini polisi masih memburu 16 dari 17 artis dan selebgram yang terlibat dalam produksi film porno. 

Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi menyatakan akan memastikan terlebih dulu video porno yang dibuat rumah produksi di Jakarta Selatan sebelum memblokirnya. Kepastian itu akan dilakukan Budi dengan melihat terlebih dahulu sebelum menyimpulkan apakah masuk kategori pornografi.

Rumah produksi film porno yang digerebek polisi diduga memiliki studio di Srengseng Sawah, Jagakarsa dan Pasar Minggu.

Pengamat gaya hidup, Moammar Emka menyebut industri film porno yang dibongkar hanyalah fenomena puncak gunung es, karena di bawah permukaan jumlahnya sangat besar.

Mengenai skala produksi yang mencapai 120 judul film panjang dalam satu tahun termasuk jumlah yang besar. Namun dengan keuntungan yang hanya Rp500 juta per tahun dan pemerannya mendapatkan bayaran Rp10-15 juta per film, maka bisa dibilang kelasnya masih di level C.

Pengungkapan kasus rumah produksi film porno di Jakarta Selatan ini diharapkan menjadi awal pengungkapan praktik produksi film ilegal itu secara masif.