Jakarta: Peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu malam, 2 Juli 2025 menjadi pengingat nyata bahwa pelayaran di Selat Bali masih rentan.
Dalam rentang 11 hari, tiga kecelakaan terjadi di Selat Bali, yaitu:
1. KMP Gerbang Samudra 2 Kandas (22 Juni 2025)
KMP Gerbang Samudra 2 kandas di perairan Gilimanuk, Bali, pada Minggu pagi, 22 Juni 2025. Kapal rute Ketapang-Gilimanuk ini membawa 269 penumpang dan kandas di posisi sekitar 0,26 mil laut dari dermaga Pelabuhan Gilimanuk. Proses evakuasi seluruh penumpang berhasil dilakukan oleh Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, dan berbagai unsur lainnya.
“Pada siang hari ini berhasil mengevakuasi jumlah penumpang 269 orang dalam keadaan selamat, sementara 24 orang ABK masih standby di kapal tersebut menunggu air laut pasang,” jelas Dewa Hendri G, Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Jembrana.
2. KMP Agung Samudra 9 Kandas (23 Juni 2025)
Sehari setelahnya, Senin 23 Juni 2025, KMP Agung Samudra 9 juga kandas di perairan yang sama. Kapal dengan tujuan Ketapang-Gilimanuk ini kandas sekitar 0,13 mil laut dari dermaga Gilimanuk. Sebanyak 49 penumpang dan 24 ABK berhasil dievakuasi melalui operasi gabungan Basarnas, TNI AL, dan Polair.
3. KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam (2 Juli 2025)
Insiden paling memprihatinkan terjadi pada 2 Juli 2025 saat KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali, membawa 53 penumpang dan 11 ABK. Kapal ini berangkat dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk sebelum akhirnya dilaporkan mengalami kebocoran mesin dan black out pada pukul 00.19 Wita.
Tiga kecelakaan kapal dalam waktu hanya 11 hari di Selat Bali menjadi pengingat keras perlunya evaluasi total pada standar keselamatan pelayaran di jalur sibuk ini. Koordinasi antarinstansi SAR serta respon cepat di lapangan menjadi penentu utama selamatnya ratusan penumpang dalam peristiwa beruntun tersebut.
Sumber: Redaksi Metro TV