Jakarta: Setelah momen Lebaran yang penuh dengan sajian lezat seperti opor, ketupat, rendang, dan berbagai camilan manis, banyak orang mengalami makan balas dendam setelah sebulan berpuasa. Namun, kapan sebaiknya kita mulai mengendalikan pola makan agar tubuh tetap sehat?
Dalam program Metro Siang, dokter dan ahli gizi masyarakat dr. Tan Shot Yen menjelaskan bahwa fenomena makan kalap sebenarnya sudah dimulai sejak buka puasa bersama di bulan Ramadan. "Jadi bukan hanya saat Lebaran, sejak bukber pun banyak yang sudah nyolong start," ujar dr. Tan dikutip dari Metro Siang Metro TV pada Kamis, 3 April 2025.
Ia menekankan pentingnya kembali ke pola makan seimbang dengan memasukkan sayur dan buah dalam setiap hidangan.
Bahaya Makanan Bersantan yang Dipanaskan Berulang
Salah satu kebiasaan setelah Lebaran adalah menghangatkan makanan sisa berkali-kali, terutama yang mengandung santan. Dr. Toty memperingatkan bahwa makanan bersantan sebaiknya tidak dipanaskan berulang kali karena bisa menjadi lemak jenuh yang berbahaya.
"Kalau makanan bersantan sudah terasa asam atau berubah rasa, lebih baik dibuang daripada menyebabkan masalah kesehatan," tambahnya.
Berapa Banyak Santan dan Gula yang Aman Dikonsumsi?
Menurut dr. Tan, masyarakat tidak perlu terlalu terpaku pada angka tertentu dalam mengukur konsumsi santan dan gula. Yang terpenting adalah menjaga keseimbangan dengan mengombinasikan makanan bersantan dengan sayuran segar dan buah.
"Kalau sudah makan makanan bersantan, usahakan sayurnya bukan yang disantanin juga. Bisa pilih lalapan, gado-gado, atau trancam," sarannya.
Mitos "Makan Banyak = Banyak Bergerak"
Banyak orang berpikir bahwa asupan makanan berlebih bisa diimbangi dengan aktivitas fisik yang tinggi, seperti berjalan-jalan saat silaturahmi. Namun, menurut dr. Tan, tubuh manusia tidak bisa disamakan dengan sistem keuangan yang berbasis saldo masuk dan keluar.
"Bukan cuma kalori yang dihitung, tapi juga reaksi hormon dalam tubuh. Begitu kita makan makanan manis, insulin langsung melonjak, dan bisa berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang," jelasnya.
Bagi pemudik yang bersiap kembali ke kota asal, dr. Tan mengingatkan agar kondisi tubuh tetap prima, terutama bagi yang berkendara sendiri.
"Pastikan pengemudi dalam kondisi fit. Jangan berpikir jalan malam lebih nyaman karena bisa jadi justru lebih berisiko kalau tubuh sudah kelelahan," katanya.
Ia juga menyarankan untuk berhenti setiap 3-4 jam, memanfaatkan waktu salat bagi yang Muslim untuk beristirahat, serta melakukan power nap selama 15-20 menit agar perjalanan tetap aman dan nyaman.
Tetap jaga pola makan dan stamina selama perjalanan, agar setelah kembali ke rutinitas sehari-hari tubuh tetap sehat dan bugar!
(Tamara Sanny)