Limbah logam kerap kali dibuang atau dijual dengan harga murah. Namun di tangan seorang pengrajin Kuningan di Bondowoso. Limbah logam menjadi bernilai ekonomis yang hasil produksinya tembus pasar internasional.
Kusayri seorang pria berusia 60 tahun warga desa Cindogo, Wondosari, Bondowoso menjadi pengrajin Kuningan yang merubah limbah logam menjadi bernilai ekonomis. Dengan dibantu 27 pekerja, Kusayti mengolah limbah logam dari proses awal pembilahan, peleburan, perancangan, pencetakan hingga menjadi produk beragam untuk siap jual. Produk ini seperti jenis hiasan hewan, kunci, lampu pojok dan hiasan lainnya.
Sejumlah pengrajin di Kampung Kuningan Desa Cindogo, Kusayri masih terus eksis memproduksi kerajinan kuningan. Omzet usahanya sempat turun drastis pada saat pandemi, namun dengan adanya penjualan via online, Kusayri sempat kewalahan menerima pesanan baik pasar Indonesia maupun pasar internasional. Kairo, Dubai, Malaysia serta Singapura menjadi tujuan untuk pasar luar negeri
Walau penjualan berkurang karena ditutupnya Tiktok Shop, usaha Kusayri masih dapat bertahan. Dalam sebulan usaha kerajinan ini masih beromzet tak kurang dari puluhan juta rupiah. kalau dulu online tuh bisa sampai
Dalam sebulan rata-rata permintaan mencapai 150 hingga 200 pesanan berbagai jenis kerajinan kuningan. Harga yang dipatok mulai dari Rp500 ribu hingga jutaan rupiah, sesuai permintaan konsumen.
Dengan optimis usaha kerajinan kuningan tetap terus berjalan dan dikembangkan berkat peran dan binaan Dinas Koperindag Pemerintah Kabupaten Bondowoso.
