25 November 2024 16:20
Penyesuain tarif pungutan Crude Palm Oil (CPO) yang ditetapkan pemerintah menambah daya saing ekspor CPO Indonesia. Meski berimplikasi pada penerimaan negara, namun volume ekspor RI diprediksi akan meningkat karena harga yang kompetitif.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyebut, penyesuaian tarif pungutan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang ditetapkan pemerintah saat ini mampu meningkatkan daya saing ekspor CPO Indonesia dan turunannya.
"Saya pikir ini akan menambah, karenaa ekspornya justu menambah daya saing ekspornya," Direktur Penghimpunan Dana BPDPKS, Nurmansyah Hidayat Syahruddin.
Dengan perubahan dari tarif prograsif ke tarif tetap berdasarkan presentasi dari harga referensi CPO, perusahaan eksportir memiliki prediktabilitas biaya yang lebih baik. Hal ini mengurangi ketidakpastian terkait tarif ekspor saat harga CPO berfluktuasi.
Struktur tetap ini juga diharapkan dapat menjaga, atau bahkan meningkatkan volume ekspor, terutama untuk produk olahan dengan pungutan yang lebih rendah.
Meski demikian, Direktur Penghimpunan Dana BPDPKS, Nurmansyah Hidayat Syahruddin, tidak memungkiri terdapat implikasi pada penerimaan negara akibat pemangkasan dari tarif ekspor yang dibebankan pada pengusaha dari 11 persen menjadi 7,5 persen.
"Tentu ada implikasinya, tapi kami harap implikasinya tidak turun secara drastis dan ini masih bisa kita balancing dengan kenaikan ekspornya akibat dari harga yang lebih kompetitif di pasar ekspornya." ucap Nurmansyah Hidayat Syahruddin.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono meminta agar pemerintah tetap menjaga pungutan ekspor minyak kelapa sawit atau CPO di level 7,5 persen.
Eddy menambahkan, pungutan ekspor menjadi 7,5 persen lantaran ekspor CPO dan produk merosot. Di mana harga minyak sawit dunia lebih mahal dibandingkan minyak matahari dan kedelai.
"Hasil kunjungan saya ke beberapa negara, ternyata minyak sawit lebih mahal dari bunga matahari dan ternyata harga kita juga tidak kompetitif. Ini yang menyebabkan juga salah satunya mendorong penurunan ekspor." ungkap Ketum GAPKI, Eddy Martono.