21 March 2024 09:37
Elemen gerakan masyarakat sipil dan pro demokrasi mengecam aparat kepolisian dan TNI yang terlibat dalam penganiayaan pengunjuk rasa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Selasa, 19 Maret 2024.
"Kami mengecam keras tindakan kekerasan dan arogansi aparat keamanan terhadap pengunjuk rasa. Aparat polisi dan TNI mesti mengedepankan dialog dan cara-cara persuasif dalam menghadapi pengunjuk rasa," kata salah satu korban, Yulia Anita, baru-baru ini.
Perwakilan aliansi, Erwin Usman menyebut massa masih bertahan di depan Gedung DPR RI karena menunggu 15 perwakilan yang sedang berdialog dengan perwakilan dari Fraksi PDIP.
Pada malam hari, sekitar 200 aparat kepolisian mulai mendesak dan melakukan kekerasan. Setidaknya 47 orang ditangkap dan dianiaya.
Erwin mengklaim sekitar 100 pengunjuk rasa belum dipulangkan hingga hari ini. Sementara dua pengunjuk rasa luka dan harus dirawat di rumah sakit.
Satu orang yang dipukul dan diinjak adalah perempuan. Sementara satu lainnya adalah pria yang dipukul di bagian kepala dan harus mendapatkan jahitan.
Elemen gerakan masyarakat sipil dan pro demokrasi mengecam kejadian ini. Mereka pun menuntut Kapolri membebaskan massa yang masih ditahan dalam waktu 1x24 jam.
"Kami mendesak agar semua pengunjuk rasa yang masih ditahan dan berada di kantor kepolisian untuk segera dibebaskan," ujar Yulia.