29 December 2025 21:53
Jakarta: Sudah lebih dari satu bulan, warga di sejumlah desa di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, masih harus bertaruh nyawa demi bertahan hidup. Akses utama menuju Desa Bergang, Karang Ampar, dan Pantan Reduk terputus akibat banjir bandang akhir November lalu. Hingga kini, lebih dari 1.500 jiwa masih terisolasi.
Satu-satunya jalur penghubung yang bisa dilalui warga adalah jembatan ayun darurat yang dibangun secara swadaya. Jembatan itu menghubungkan Desa Meriah Jaya, Kabupaten Bener Meriah, dengan tiga desa di Aceh Tengah. Warga terpaksa menyeberang dengan rasa takut, membawa bahan makanan, logistik bantuan, hingga hasil perkebunan demi menyambung hidup.
Kondisi jembatan sangat memprihatinkan. Terbuat dari kabel listrik putus dan sling seadanya, jembatan tersebut rawan putus kapan saja. Bahkan, Wakil Bupati Aceh Tengah, Muhsin Hasan, hampir terjatuh ke sungai saat meninjau lokasi karena salah satu tali sling sempat terlepas.
Warga mengaku tidak memiliki pilihan lain. Kebutuhan pokok seperti beras, minyak, gula, dan kebutuhan anak-anak sulit terpenuhi. Bantuan memang datang, namun jumlahnya terbatas dan belum mencukupi. Akses komunikasi dan listrik yang terputus membuat sebagian warga baru bisa mengetahui kabar keluarga mereka setelah menempuh perjalanan ekstrem selama dua hingga tiga jam berjalan kaki.
Selain jembatan ayun, warga juga memanfaatkan tiga sling penyeberangan. Dua sling merupakan hasil swadaya masyarakat untuk penyeberangan orang dan logistik, sementara satu sling lainnya merupakan bantuan dari Kepolisian. Meski demikian, jalur tersebut tetap berisiko tinggi, terutama saat debit air sungai meningkat.
Warga berharap pemerintah segera membangun jembatan darurat dan memperbaiki akses jalan yang rusak akibat banjir bandang. Mereka ingin aktivitas ekonomi kembali berjalan normal, mulai dari membawa hasil perkebunan hingga memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
(Farouq Faza Bagjawan Alnanto)