Kondisi Desa Pining di Kabupaten Gayo Lues, Aceh, hingga kini masih memprihatinkan. Pasca bencana banjir dan tanah longsor yang melanda hampir sebulan lalu, desa tersebut masih dalam status terisolasi akibat akses jalan utama yang terputus total.
Alat berat berupa ekskavator telah dikerahkan untuk membuat jalur darurat baru. Hal ini dilakukan karena jalur utama yang sebelumnya beralas aspal kini sepenuhnya tertimbun material longsor dan puing banjir, sehingga tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.
Pembuatan jalur baru ini menjadi prioritas utama untuk mempercepat mobilisasi masyarakat dan memastikan distribusi bantuan logistik bisa dilakukan secara estafet dari posko pusat ke wilayah terdampak.
Warga Harus Berjalan Kaki 15 Jam demi Bantuan
Selama terisolasi, warga Desa Pining harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Posko bantuan terdekat saat ini berada di Kampung Uring. Untuk mencapai posko tersebut, warga harus berjalan kaki selama 12 hingga 15 jam.
Meski bantuan sempat dikirimkan melalui jalur udara, distribusinya dinilai belum bisa merata ke seluruh penduduk. Oleh karena itu, pembukaan jalur darat menjadi satu-satunya solusi agar bantuan dalam jumlah besar bisa masuk ke desa tersebut.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gayo Lues bersama Polres Gayo Lues dan tim gabungan terus berupaya menembus titik isolasi. Tim membawa bantuan mendesak berupa kasur, sembako, dan bahan pokok lainnya untuk kebutuhan warga di Desa Pining.
Tantangan medan yang berat membuat waktu tempuh memakan waktu yang lama. Dalam kondisi normal, perjalanan dari Kecamatan Blangkejeren menuju Desa Pining hanya memakan waktu sekitar 1,5 jam. Namun, akibat kerusakan infrastruktur, tim harus menghabiskan waktu lebih dari satu hari satu malam dan bahkan sempat berkemah di Dusun Papelah, tepatnya di jembatan yang terputus.