Blok M, Sepi Ditinggal, Ramai Jadi Rebutan

14 September 2025 16:00

Plaza 2 Blok M mulai ditinggalkan oleh para pedagangnya, terutama pedagang kuliner. Informasinya, karena harga sewa yang naik secara ugal-ugalan.

Blok M yang menjadi primadona anak muda Jakarta pada tahun 80-an hingga awal 2000-an sempat redup karena Covid-19. Blok M yang ramai seolah tertidur panjang selama pandemi.

Kemudian kini tepatnya sejak sekitar satu tahun lalu, Blok M mulai menggeliat menunjukkan pesonanya. Ada anak muda yang sekedar nongkrong dengan berbagai jajanan hitamnya, hingga orang tua yang sekedar ingin bernostalgia meramaikan Blok M. Bahkan muncul istilah Blok M tidak pernah diam dengan gebrakan-gerakan barunya. 

Namun sayang, kini Blok M tengah ramai menjadi buah bibir. Justru karena pedagang di Plaza 2 yang angkat kaki, karena harga sewa melambung tinggi hingga 500 persen. 

Tim Metro TV mengunjungi Palza 2 Blok M yang hanya dihuni segelintir pedagang. Bahkan kuliner yang bertahan hanya tersisa hitungan jari. Salah satu pedagang yang sudah membuka lapak sejak tahun 1995 menyebut, dirinya tidak tahu menahu soal kenaikan harga sewa. Iuran Kemanan dan Kebersihan (IKK) sebesar Rp300.000 per bulan.

Kepala Koperasi Pedagang Pasar Pusat Melawai (Kopema) Blok M, Sutama (Tomo), menunjukkan kios yang dirusak oleh pedagang yang marah karena kebijakan kenaikan tarif sebelum mereka angkat kaki.

“Sengaja dirusak oleh pengguna, karena kenaikan itu enggak nerima dia, sedangkan kenaikan itu bukan yang punya kios yang naikin.” kata Tomo, dikutip dari tayangan Telusur Kasus Metro Siang, Metro TV, Minggu, 14 September 2025.

Tomo bercerita, awalnya mereka hanya diminta membayar Rp300.000, namun kini melonjak hingga Rp1,5 juta per lapak. Bahkan listrik di kios sempat diputus. Ia merasa, pedagang seolah dipaksa untuk pindah ke Blok M Hub yang tidak jauh dari lokasi, tepatnya di basemen bekas Blok M Mal. 

“Di sana yang semula nomenklaturnya IKK berubah menjadi sewa. Saya selaku ketua koperasi dan ketua pedagang tidak menerima kata-kata sewa itu.” ucap Tomo.

Sebelum dikelola oleh PT MRT Jakarta, pedagang di Blok M dikelola oleh PT LAL. Sejak Kopema mengepalai para pedagang sejak tahun 1995, Tomo menyebut tidak pernah ada permasalahan serupa. Di sela perbincangan, Tomo menunjukkan surat perjanjian yang ia sebut dari pihak MRT, terkait perbedaan harga sewa antara pedagang lama dan baru. 

Tomo bahkan tidak mengetahui mengapa tarif sewa bisa naik ugal-ugalan. Padahal menurutnya tidak ada perubahan signifikan dari sisi kenyamanan untuk pedagang. 

Biaya lama Plaza 2 Blok M


Pedagang membayar IKK sebesar Rp300.000, kemudian listrik bervariatif kurang lebih per bulan Rp200.000, dan kontrak kios ke pemilik pertama variatif sekitar Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per bulan. 

Biaya baru Plaza 2 Blok M


Pedagang lama, IKK menggunakan sistem sewa dengan harga Rp300.000, perbaikan kios Rp100.000, listrik Rp200.000, serta biaya jaminan Rp300.000 (dibayarkan 1x), dan sewa kios ke pemilik Rp1,5 juta sampai Rp2,5 juta per bulan.

Pedagang baru, IKK menggunakan sistem sewa dengan harga Rp1,5 juta, perbaikan kios Rp100.000, listrik Rp200.000, serta biaya jaminan Rp1,5 juta (dibayarkan 1x), dan sewa kios ke pemilik Rp1,5 juta sampai Rp2,5 juta per bulan.

Ini adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang lama dan baru setelah MRT menandatangani MoU, dan bertanggung jawab atas Plaza 2 Blok M. 
 
Baca juga: Harga Sewa Kios Blok M Melambung, Ada Apa?


Di Blok M Hub terlihat belum banyak kios yang buka. Dari sisi kenyamanan, Blok M Hub lebih nyaman dibandingkan Plaza 2, meski AC tidak terlalu dingin. 

Usai kisruh kenaikan harga sewa di Plaza 2, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung turun tangan. Pihaknya memberikan gratis sewa selama dua bulan bagi pedagang di Blok M Hub dan menegur Dirut MRT. 

“Saya sudah mengecek secara langsung, diskusi dengan Pak Dirut bahwa memang betul terjadi. Sehingga dengan demikian, yang pertama saya minta untuk kerja sama yang dilanggar oleh koperasi apapun namanya itu kalau mereka tidak memenuhi apa yang menjadi kesepakatan maka saya minta kerja samanya ditingkatkan.” kata Pramono.

“Yang kedua, tadi saya juga berdiskusi dengan Pak Dirut karena tempat ini dikelola oleh MRT maka tempat ini akan digunakan untuk memindahkan bagi siapapun para pedagang yang mau menggunakan tempat ini. Kalau mereka mau menggunakan tempat ini maka nanti selama dua bulan kami berikan kebebasan, free, gratis.” ucapnya.

Setelah digratiskan selama dua bulan, pedagang dikenai biaya Rp250.000 per meter per bulan. Tarif ini dianggap lebih terjangkau dibandingkan harga sewa di Plaza 2.

Sementara, Direktur Utama (Dirut) PT MRT Jakarta, Tuhiyat, menampik jika pihaknya yang menaikkan biaya sewa.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Nopita Dewi)