Istana memastikan seluruh kementerian dan lembaga berkomunikasi intens untuk membahas perkembangan yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dalam hal ini, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membeberkan ada sejumlah regulasi yang perlu dibenahi, termasuk mencari pasar baru selain AS.
Mensesneg menjelaskan, dampak dari tarif yang diberlakukan AS beragam, sehingga Indonesia perlu mencari batu lompatan yaitu dengan mancari pasar baru selain AS.
Mensesneg menyebut, pihaknya telah melakukan koordinasi sesama kementerian yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian (Menko Perekonomian)
Airlangga Hartarto. Dia memastikan bahwa komunikasi pemerintah dalam tarif impor ini dilakukan secara intens sehingga berbagai langkah yang diambil diyakini akan menjadikan keadaan lebih baik.
Tidak hanya itu, mensesneg menyebut, koordinasi yang dilakukan juga masih mengedepankan antisipasi lantaran pihaknya juga masih terus berkala menunggu hasil
negosiasi dengan AS untuk nantinya akan didiskusikan secara intens.
"Intens khusus terutama masalah tarif ini, terus-menerus kita kita saling berkoordinasi untuk mengantisipasi dan meng-
update hasil negosiasi-negosiasi termasuk juga berdampak
positif terhadap kita sendiri," kata Prasetyo seperti dikutip dari
Zona Bisnis Metro TV, Selasa, 22 April 2025.
Indonesia sendiri dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen. Namun tarif tersebut masih ditangguhkan selama 90 hari. Kemudian untuk tarif sektoral, AS menerapkan tarif tambahan sebesar 25 persen dari tarif awal yang sudah berlaku yaitu untuk baja, alumunium, otomotif, dan komponen
otomotif.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)