Kesepakatan AS-Tiongkok Berikan Angin Segar untuk Bursa Saham

13 May 2025 13:35

Jakarta: Indeks utama Wall Street melonjak tajam pada perdagangan Senin, 12 Mei 2025, seiring dengan kabar positif dari perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Bursa-bursa di Eropa pun dibuka menguat, setelah kedua negara ekonomi terbesar dunia itu sepakat untuk memangkas tarif secara sementara selama 90 hari ke depan.

Kepala Ekonom BCA David Sumual, menilai, bahwa respons pasar sangat positif, karena langkah ini menjadi angin segar setelah ketegangan tarif yang melonjak tajam dalam beberapa bulan terakhir.

“Ini berita sangat baik sekali. Tarif diturunkan 30 persen dari level sebelumnya yang sudah sangat tinggi. Ini memberi ruang bagi dua negara untuk tetap berdagang, dan pasar merespons dengan euforia," ,” ujar David dikutip dari Zona Bisnis Metro TV pada Selasa, 13 Mei 2025.

Walaupun dalam suasan euforia, David meningatkan untuk tetap waspada. Sebab ada potensi kebijakan lanjutan. Misalnya, pelemahan kurs Yuan seperti era perang dagang Trump pada 2016–2017.

David menambahkan bahwa penundaan kenaikan tarif ini turut menurunkan kekhawatiran terhadap inflasi di AS. Hal ini berpotensi mengubah arah kebijakan suku bunga Bank Sentral AS dalam waktu dekat, mengingat ekonomi AS tengah mengalami perlambatan.
 

Baca Juga: Habis Libur Panjang Waisak, IHSG Bakal Tebar Cuan Berlimpah hingga Tembus 7.000

Meskipun begitu, pasar disebut masih akan bersikap hati-hati dalam 90 hari ke depan, menunggu hasil lanjutan dari negosiasi antara kedua negara. Dalam periode tersebut, baik AS maupun Tiongkok diperkirakan akan saling mengajukan tuntutan dagang strategis.

“Persediaan barang di AS mulai menipis sejak akhir Mei. Jadi mereka sebenarnya butuh kesepakatan ini. Tapi tetap ada risiko. Misalnya harga barang Tiongkok yang naik akibat baseline tarif naik jadi 30 persen. Ini bisa memicu respons dari Tiongkok, seperti depresiasi mata uang, yang akan berdampak ke pasar negara berkembang,” kata David.

Selain memantau AS dan Tiongkok, pasar global juga memperhatikan arah kesepakatan dagang antara AS dengan negara-negara lain. Termasuk Inggris, India, serta Indonesia. Bagi pasar domestik, arah perundingan ini akan sangat memengaruhi arus investasi masuk ke sektor riil.

“Masih ada keraguan dari investor untuk berkomitmen di negara-negara tertentu karena ketidakpastian perang dagang. Tapi kesepakatan ini bisa menjadi katalis positif jika benar-benar berlanjut,” katanya.

Terkait aliran dana, David mencatat adanya pergeseran dari aset safe haven seperti emas dan mata uang kuat ke pasar saham dan emerging market sejak awal pekan. Investor global disebut mulai beralih dari mode risk off menjadi risk on.

Repositioning sudah mulai terlihat. Modal mulai kembali masuk ke aset-aset di emerging market, termasuk Indonesia,” ujarnya.

Meskipun demikian, ia mengingatkan bahwa kondisi pasar saat ini masih rentan terhadap berbagai dinamika kebijakan lanjutan. Baik dari Tiongkok maupun AS.

“Risiko tetap ada. Valuasi saham yang tinggi dan perlambatan ekonomi di kedua negara besar ini bisa memicu gejolak. Tapi kita harapkan, dalam tiga bulan ke depan, kesepakatan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan bisa tercapai,” ucap David Sumual.

(Tamara Sanny)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Gervin Nathaniel Purba)