7 January 2024 00:38
Puluhan demonstran berkumpul di Istanbul, Turki, pada Sabtu 6 Januari 2024, untuk memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken ke Turki.
Protes yang dilakukan oleh partai beraliran nasional dan sosialis meminta pemerintah Turki untuk memutus hubungan dengan NATO dan mengecam perjalanan Blinken ke wilayah tersebut.
Blinken memulai misi diplomasi terbarunya di Timur Tengah dengan bertemu Turki, sekutu NATO, di tengah kekhawatiran meningkatnya perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza meledak menjadi konflik yang lebih luas lagi.
Kunjungan Blinken yang keempat dalam tiga bulan terakhir ini untuk bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an dan Menlu Turki, Hakan Fidan, untuk meredakan ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza serta rekonstruksi di Gaza pascaperang.
"Menteri Blinken akan mengunjungi Israel dan Tepi Barat, rumah bagi Otoritas Palestina, dan lima negara Arab, Mesir, Yordania, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab," kata Departemen Luar Negeri AS, dilansir dari AFP, Jumat 5 Januari 2024.
Ketegangan Kawasan
Blinken dalam perjalanan sebelumnya berusaha menjaga agar perang tetap terisolasi di Gaza. Namun ia kembali ke wilayah yang pernah dilanda serangan di atau dari Lebanon, Irak, Yaman, Suriah dan Iran.
Sebuah serangan di Lebanon yang secara luas diasumsikan dilakukan oleh Israel menewaskan seorang pemimpin penting Hamas pada hari Selasa, dan pemberontak Houthi yang didukung Iran telah menembaki kapal-kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.
Dalam percakapan telepon sebelum perjalanan, Blinken setuju dengan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna untuk berupaya meredakan ketegangan di Tepi Barat dan menghindari eskalasi di Lebanon dan Iran.
Iran pada Rabu lalu dilanda salah satu serangan paling mematikan sejak revolusi Islam 1979, dengan dua ledakan yang menewaskan sedikitnya 84 orang yang berkumpul untuk memperingati jenderal Garda Revolusi yang terbunuh.
Teheran awalnya menyalahkan Israel dan Amerika Serikat, meski pun kelompok ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab dan para pejabat AS menolak peran AS atau Israel.