Holiday Travel
24 December 2025 22:36
Memasuki masa libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, pergerakan arus mudik menunjukkan dinamika yang berbeda antara jalur darat di Pulau Jawa dan jalur udara di Sumatra. Lalu lintas di Tol Jakarta-Cikampek terpantau mengalami lonjakan volume kendaraan yang signifikan, sementara Bandara Internasional Kualanamu justru mencatatkan penurunan jumlah penumpang.
Di Gerbang Tol Cikampek Utama (Cikatama), arus lalu lintas terpantau ramai lancar meski terjadi peningkatan volume kendaraan yang meninggalkan Jakarta menuju arah timur. Berdasarkan data PT Jasa Marga hingga pukul 20.00 WIB, tercatat hampir 36.000 kendaraan melintas keluar Jakarta malam ini.
Secara akumulatif sejak awal periode libur Nataru, total kendaraan yang meninggalkan Jakarta via Cikatama mencapai 229.535 unit. Angka ini melonjak 31 persen dibandingkan volume lalu lintas normal yang biasanya berada di kisaran 175.000 kendaraan.
Guna mengantisipasi kepadatan, Kakorlantas Polri telah menyiapkan skema rekayasa lalu lintas bertingkat. Jika traffic counting menyentuh angka 5.500 kendaraan per jam, akan diberlakukan contraflow satu lajur. Jika meningkat hingga 6.500 kendaraan, contraflow diperlebar menjadi dua lajur, atau bahkan diberlakukan sistem satu arah (one way) jika kepadatan terus menumpuk.
Selain itu, kepadatan juga terpantau di Rest Area KM 57. Pemerintah mengimbau pemudik untuk tidak berlama-lama di tempat istirahat dan mematuhi aturan pembatasan angkutan barang yang berlaku tanpa jeda waktu (window time) hingga 4 Januari 2026.
Kualanamu Sepi Imbas Bencana Sumatera
Kondisi sebaliknya terjadi di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pihak bandara mencatat adanya penurunan jumlah penumpang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada H-2 Natal, tercatat 25.232 penumpang yang berangkat dan tiba, angka ini turun 2,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Penurunan lebih tajam terjadi pada H-3, di mana jumlah penumpang menyusut 4,3 persen menjadi 25.945 orang.
Pihak pengelola bandara menduga penurunan tren penumpang pesawat di wilayah ini disebabkan oleh rentetan bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera belakangan ini, yang memengaruhi minat masyarakat untuk bepergian atau pulang kampung melalui jalur udara.