26 July 2023 21:03
Daerah Istimewa Yogyakarta kini sedang dihadapkan dengan ancaman darurat sampah. Hal ini sebagai imbas dari ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang mengakibatkan tumpukan sampah di mana-mana, bahkan sudah mulai masuk ke lokasi strategis pariwisata.
TPA Piyungan di Kabupaten Bantul ditutup sejak 23 Juli hingga 5 September mendatang. Penutupan TPA Piyungan berdasarkan surat yang ditandatangani Sekda DIY Beny Suharsono tertanggal 21 Juli 2023 dengan alasan sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas.
Bahkan untuk membantu proses penguraian sampah di TPA Piyungan, sejumlah alar berat dikerahkan karena tumpukan sampah sudah menggunung hingga 50 meter. Meledaknya kapasitas sampah di TPA Piyungan dipengaruhi dengan beban TPA tersebut yang harus menampung sampah dari dua wilayah kabupaten dan satu kota madya di Yogyakarta, dengan kapasitas sampah hingga 600 ton per hari.
Pemda DIY sebenarnya sudah menyiapkan sejumlah solusi untuk mengatasi imbas ditutupnya TPA Piyungan. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebut, sudah ada lahan seluas dua hektare dari kas desa milik Sultan Ground di kawasan Kapanwon Cangkringan disiapkan sebagai lokasi tempat pembuangan sampah sementara.
"Untuk sementara kita sediakan tanah di Cangkringan. Statusnya Sultan Ground, tanah desa," kata Sultan HB X.
Meski sudah disiapkan tempat pembuangan sampah sementara untuk menggantikan fungsi TPA Piyungan, nampaknya hal tersebut belum bisa menjadi solusi di tengah masyarakat.
Belum sepekan TPA Piyungan ditutup, tumpukan sampah di lokasi yang tidak semestinya terpantau muncul di sejumlah titik di DIY. Khususnya di kawasan Bantul dan Sleman.
Tumpukan sampah terpantau masif di pinggir jalan, di depan lahan kosong, hingga di depan pagar milik warga.
Hal ini dikarenakan sudah tidak ada lagi mobil pengangkut sampah yang membawa sampah ke TPA Piyungan. Banyak juga warga yang bingung ke mana harus membuang sampah.
Tumpukan sampah bahkan dilaporkan sudah mulai masuk kawasan Heritage Kotabaru Yogyakarta yang belakangan dicanangkan sebagai destinasi premium.
Kondisi ini tentunya dikhawatirkan akan memberikan dampak dan pengaruh buruk bagi keseharian warga. Mengingat tumpukan sampah di lokasi strategis, bisa memberikan citra negatif bagi pariwisata dan perekonomian di Yogyakarta.