Awal 2011 menjadi langkah pertama pengembangan sumber daya batu bara di Meulaboh, Provinsi Aceh. Meski Aceh masuk dalam kategori Low Rank Coal, namun kehadiran industri tambang mampu menyerap tenaga kerja lokal dan berdampak langsung pada daerah.
Aceh saat itu dikenal bekas daerah konflik dan industri tambang yang relatif minim. Keseriusan dan komitmen para share holder berbuah investasi di Tanah Serambi Makkah.
Proses panjang tahapan pertambangan dimulai 2011, mulai dari perencanaan infrastruktur hingga pembebasan lahan. Perlu waktu empat tahun untuk menyelesaikan pelabuhan atau tambang yang langsung ke laut lepas, namun pilot mining dan pengenalan produk sudah lebih dulu dilakukan sejak 2012. Market harus bisa diterima dan harus bisa digunakan.
"Mulai sejak 2012 untuk pilot mining, kita ingin mengenalkan dulu produk, karena batu bara tidak sama antara satu dan lainnya baik kalori dan spesifikasinya, sehingga market harus terima," ujar Komisaris MIFA Bersaudara, Slamet Hariyadi.
Di tengah target produksi tambang, komitmen para direksi dan komisaris dalam safety management standar menjadi hal yang tidak luput dari perhatian. Capaian-capaian itu terwujud dalam campaign mengenai keselamatan kerja secara nasional dan juga lingkungan hidup.